puasa dengan perubahan perilaku seseorang. Bang Mardigu Wowiek dalam kanal youtube-nya bercerita tentang satu penelitian di New York University Amerika seorang pakar psikologi bernama Profesor John Bargh membuat satu tes psikologi terhadap 40 mahasiswa untuk diketahui kemudian hari tentang sebuah kesimpulan apakah jika tes itu dilakukan secara berturut-turut selama 30 hari akankah mengubah perilaku seseorang.
Apakah ada korelasinya antaraTes itu sederhana setelah mahasiswa di bagi menjadi 2 bagian yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A ditugaskan untuk mengulang dan berkata-kata pada dirinya (self talk) tentang semua hal yang bersifat positif seperti hari yang cerah, pemimpin yang baik, teman yang baik, hidup ini indah, Tuhan baik dan semua hal yang bersifat positif. Dan itu semua harus dilakukan berulang setiap hari selama 30 hari.
Sedangkan kelompok B ditugaskan untuk berkata-kata tentang semua hal yang negatif seperti hari yang kelam, pemerintah korup, marah, bete, galau semua diulang-ulang setiap hari selama 30 hari.
Setelah berjalan selama 30 hari lamanya semua mahasiswa diundang ke kampus.
Ada 100 orang tim responden yang diundang dari berbagai negara dan latar belakang yang berbeda agar penilaian bersifat netral atau objektif.
Para responden hanya ditugaskan untuk menilai perilaku mahasiswa dari mulai masuk gerbang kampus sampai duduk di ruangan kelas. Sepanjang koridor terpasang CCTV dan para responden hanya duduk di belakang layar monitor untuk memantau setiap gerakan dari mahasiswa tersebut.
Di meja koresponden disediakan selembar kertas yang sudah dikasih kolom A dan B, mereka hanya ditugasi untuk menilai sesuai kata hatinya apakah termasuk kelompok A atau B.
Selama 3 jam para responden itu memberikan penilaiannya. Kertas dikumpulkan dan ditampilkan dalam sebuah layar besar.
Amazing, penilaian para responden 95 persen sama, padahal para responden sama sekali tidak diberitahu sebelumnya, mereka menjawab seakan menebak saja siapa yang digolongkan kelompok A atau B.
Kelompok A yang ditugasi untuk self talk dengan bahasa positif, tampak cerah raut mukanya walau memakai jeans dan hanya berkaus oblong. Sementara kelompok B yang ditugasi untuk self talk dengan bahasa negatif, tampak kusam raut wajahnya meskipun memakai jas dan berpenampilan perlente.
Para responden pun bertanya kepada sang profesor, apa maksud dari ini semua. Lantas sang profesor menjelaskan dengan simple, bahwa dalam tubuh manusia itu terdapat sekitar 1 triliun sel. Setiap hari mati kira-kira 30 milyar sel, sehingga di hari ke 30 manusia itu berbeda dengan dirinya 30 hari yang lalu.
Dalam 30 hari itu tumbuh sel baru dan pada saat tumbuh, sel itu dalam kondisi netral sifatnya. Kita bisa menuliskan dengan pikiran atau kata-kata kita.
Maka jika seseorang berkata-kata kepada dirinya tentang hal negatif selama 30 hari terus-menerus maka tubuh akan bereaksi sesuai apa yang dituliskan di database sehingga orang itu kumuh, suram dan tidak menyenangkan.
Lain lagi jika seseorang terus memotivasi diri dengan kata- kata positif maka tubuh akan bereaksi positif sesuai database yang diperintahkan. Wajahnya akan terlihat cerah-ceria dan bersinar.
Motivasi Positif di Bulan Ramadan
Di bulan Ramadan ini kita diajarkan untuk selalu melakukan hal-hal yang positif, mengulang-ulangnya tiap hari seperti tadarusan, berzikir, tarawihan, mendengarkan ceramah dan semisalnya.
Memprogram ulang sel tubuh agar lebih baik ini merupakan hikmah besar dibalik perintah berpuasa. Secara ilmiah puasa terbukti sangat baik untuk regenerasi sel. Dan mencegah dari berbagai penyakit berbahaya yang hinggap di tubuh.
Namun bagi umat Islam puasa bukanlah itu semua tujuannya, puasa adalah syariat wajib bagi setiap muslim yang sudah akil balig, terpaksa atau tidak setiap muslim wajib melaksanakannya. Ketaatan kepada Allah semata itulah tujuannya.
Hikmah-hikmah besar dibaliknya hanyalah bonus semata. "Kami mendengar dan kami taat" itu saja semboyannya. Saat ilmuwan menemukan dampak positif dari berpuasa itulah bonus dari Tuhan.
Memotivasi diri di bulan Ramadan dengan hal-hal positif adalah keharusan, agar di akhir nanti kita kembali fitrah menjadi makhluk baru yang berperilaku baik.
Antara Perintah Tuhan dan Bukti Ilmiah
Korelasi erat antara puasa dan perubahan perilaku ini sudah dibuktikan oleh ilmuwan senior di New York University yaitu profesor John Bargh, sepeti yang dituturkan dalam channel youtube-nya Bosman Mardigu.
Korelasi tersebut dalam arti konsistensi diri untuk terus menerus self talk dengan hal-hal yang baik.
Jadi bagi umat Islam memiliki manfaat ganda. Pertama, pahala dari Allah. Kedua memiliki tubuh yang sehat sebagai bonus dari puasa.
Tentunya semua itu akan tercapai bila seorang muslim menjalankannya sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, yakni dengan konsep pembagian cara makan. Sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernapas.
Self talk positif akan melahirkan perilaku positif juga, sementara self talk negatif akan melahirkan keburukan-keburukan.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H