Namun fenomena ini juga menyisakan sisi negatifnya yakni banyaknya sampah yang berserakan dari aktivitas anak-anak muda, kemudian ketidakteraturan jalan dan seringkali jalan-jalan penghubung seperti jembatan itu mereka pakai untuk tempat bertidur.
Anak remaja itu tidak sempat pulang malam, mereka tidak bisa pulang malam karena transfortasi penghubung sudah off pukul 22.00 malam.
Di sinilah peran serta pemerintah mengatur ketertiban atas apa yang dilakukan oleh anak-anak muda tersebut, agar tidak mengganggu para pejalan kaki dan masyarakat umum lainnya.
Ekspresi Kejenuhan
Tak bisa dipungkiri bahwa aksi daripada remaja itu merupakan ekspresi dari kejenuhan mereka yang selama hampir 2 tahun negeri ini dilanda oleh pandemi covid 19.
Di antara simpang siur pengumuman dari pemerintah bahwa bolehnya beraktivitas lagi di ruang terbuka.
Namun dengan memakai protokol kesehatan dan berlakunya new normal aktivitas pun serasa kembali membaik.
Hal itu menggembirakan sekali terutama bagi kalangan anak-anak muda.
Tampak sekali ekspresi dari kejenuhan mereka itu, dengan vulgar menampakkan lenggak-lenggok badannya.
Tak jarang dari kalangan LGBT juga hadir di acara Fashion Week itu. Hal ini bisa menjadi bumerang antara ekspresi yang sehat dan ekspresi yang terkontaminasi oleh ide-ide yang akan merusak generasi muda.
Peran siapakah yang harus meluruskan situasi dan keadaan ini?