Kehadiran seorang anak atau memiliki keturunan merupakan impian bagi semua pasangan. Itu pula salah satu tujuan dari pernikahan yakni ingin memiliki keturunan.
Namun apa hendak dikata jika takdir Ilahi belum juga menghampiri sebuah pasangan seperti halnya yang terjadi pada keluarga Nabi Zakaria.
Usia sang nabi sudah lanjut begitu pula usia sang istri, sangat tidak dimungkinkan untuk memiliki keturunan.
Namun dengan kuatnya doa mereka berdua, memohon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan permohonan yang benar-benar.
Akhirnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi kabar gembira, berupa karunia yang sangat besar yaitu akan lahirnya seorang bayi dari rahim istrinya yang langsung diberi nama oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan nama Yahya.
Kelahiran Yahya merupakan mukjizat bagi nabi Zakaria, karena bagi Allah Tidak ada yang tidak mungkin selama Allah berkehendak terjadi itu pasti akan terjadi walaupun manusia memandangnya itu sangat mustahil.
Kalau melihat dari ukuran usia nabi Zakaria yang lanjut dan sudah dikatakan bahwa istrinya adalah seorang istri yang mandul.
Begitu mendambakan akan hadirnya keturunan memang sangat diharapkan atau bahkan dinanti-nanti.
Fitrahnya sepasang suami istri diberi karunia oleh Allah keturunan itu adalah hal gaib dan merupakan hak prerogatif Allah.
Walau nanti manusia sendiri memiliki usaha-usaha tertentu untuk menghasilkan seorang keturunan dengan teknologi tertentu.
Manusia bisa merekayasa genetik melalui proses bayi tabung.
Melalui proses pencampuran antara sel sperma dan ovum disatukan di luar rahim dari istrinya, walaupun hal tersebut menjadi kontroversi di kalangan para ulama ada yang membolehkan dan ada juga yang mengharamkannya.
Ke Bawah Tidak Berakar ke Atas Tidak Bercabang
Memang sangat menyedihkan bagi sebuah keluarga yang mereka tidak memiliki anak keturunan karena suatu saat nanti setelah mereka berdua sampai di usia senja dan membutuhkan orang lain untuk mengurus dirinya maka mereka akan kepayahan hanya untuk mengurus dirinya sendiri.
Sanak saudara pun tidak punya kalaupun ada mereka sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing dengan keluarga mereka masing-masing.
Di saat-saat rentan inilah peran masyarakat sangat dibutuhkan sebab bagaimana tidak karena hanya tetanggalah yang bisa diandalkan.
Saat itu harus mendapat perhatian khusus dan di tempatkan di panti jompo untuk diurus segala kebutuhannya selayaknya seorang manusia.
Negara harus hadir bagi rakyatnya di saat-saat seperti ini. Para orang tua atau lansia mereka itu laksana sebuah pohon yang ke bawah tidak berakar ke atas pun tidak bercabang, mereka tidak memiliki keluarga untuk menopang hidup mereka di saat-saat usia senja mereka.
Harta benda yang mereka miliki di saat mereka masih muda tidak memberi sedikitpun kesenangan bagi mereka di masa tua mereka sebab, tidak ada yang bisa mengalahkan kasih sayang seseorang anak atau keturunan dibanding harta benda itu sendiri.
Anak Angkat
Satu-satunya solusi untuk mereka yang tidak memiliki anak adalah dengan mengangkat anak.
Mengadopsi anak haruslah selektif terlebih kita mengambilnya dari panti asuhan, tapi hal itu dilakukan untuk kebahagiaan rumah tangga.
Bisa saja mengambil dari anak saudara yang banyak keluarganya, paling tidak kita membantu mereka yang mudah-mudahan kebahagiaan kita sama halnya dengan kebahagiaan keluarga lain yang memiliki anak.
Tradisi mengangkat anak telah ada sejak zaman dulu bahkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pun mengangkat anak yakni Zaid bin Haritsah.
Anak angkat tidak mewarisi, tapi anak angkat boleh diberi wasiat sepertiga dari jumlah harta yang dimiliki oleh pewaris.
Banyak jalan menuju surga, diantaranya mengadopsi anak yatim piatu atau anak saudara yang tidak mampu dengan demikian kita dapat meringankan kehidupan mereka dan kita mendapat meraih surga dunia dan surga akhirat kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H