Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Antara Puncak Pengorbanan Seorang Ibu dan Puncak Pengabdian Seorang Anak

11 Oktober 2022   11:20 Diperbarui: 11 Oktober 2022   11:20 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Baginda Nabi Saw. bersabda,

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, belia berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Ibumu, ibumu, ibumu kemudian bapakmu itulah sepenggal perbincangan antara rasulullah dengan sahabatnya yang bertanya tentang kepada siapa seharusnya kita sebagai anak mencurahkan pengabdiannya.

Rasulullah menegaskan bahwa pengabdian itu tercurah kepada ibu, karena  ibu benar-benar seorang yang sangat berjasa bagi anak-anaknya.

Pengorbanan fisik seorang ibu tidak diragukan lagi, saat menanggung beban kehamilan sang anak kurang lebih 9 bulan, dia dengan sabar beraktivitas walaupun dalam keadaan susah payah.

Awal masa kehamilan tidak enak makan, sedikit makan yang masuk, keluar lagi akibat proses adaptasi dari sang janin.

Setelah beranjak semakin besar, jangankan untuk tidur enak dia tidak bisa tidur dengan sembarangan.

Selain itu gangguan psikis atau kejiwaan juga menerpa bagi seorang ibu yang hamil, bagaimana dia beraktivitas sehari-hari tidak seperti biasanya, emosinya tidak stabil bahkan cenderung sensitif karena makan tidak enak, tidur pun tidak nyaman semuanya efek daripada janin yang dia kandung.

Dalam masa kelahirannya pun melalui proses pertaruhan nyawa, seorang ibu yang sedang melahirkan ibarat seseorang yang sedang menyabung nyawanya proses antara hidup dan mati.

Banyak kasus ibu yang mati karena kelahiran, akibat kekurangan darah atau oksigen yang habis dan lain sebagainya.

Kenyataan ini merupakan sebuah perjuangan mati-matian dari seorang ibu yang sedang melahirkan anak.

Tidur malamnya terganggu, istirahat siangnya pun terganggu dengan tangisan sang bayi tapi semua itu dilakukan oleh sang ibu dengan keridhaannya dan keikhlasannya.

Dia berharap hanya satu, sang anak merasakan kenyamanan di dalam kesehariannya. Ketika sang anak beranjak dewasa ibu tetap khawatir  anaknya tertimpa sesuatu, dia selalu menasihati jangan ini, jangan itu harus ini, harus itu dan semuanya  untuk kebaikan anaknya.

Jadi pengorbanan ibu itu benar-benar luar biasa tanpa menafikan pengorbanan sang ayah, dari hadis nabi tersebut sangatlah jelas bahwa peran ibu begitu utamanya.

Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, memang demikian kenyataannya sebelum siapa orang yang mendidik pastilah ibunya yang paling pertama mendidik anaknya.

Tentang bagaimana cara makan yang benar, bagaimana cara berkata yang benar, bagaimana caranya melakukan sesuatu dengan benar dan lain sebagainya.

Apa yang dilakukan oleh ibu itu benar-benar ikhlas, tidak mengharapkan sedikitpun balas budi dari anaknya karena apa yang dia lakukan benar-benar terdorong dari rasa dan naluri seorang ibu yang mencintai anaknya dengan sepenuh hati.

Segala pengorbanan dan kelelahan itu hilang seketika ketika melihat sang anak menjadi bahagia, namun ketika sang anak terlihat sedih, sakit maka sang ibu pun larut dalam kesedihan seolah-olah merasakan rasa sakit itu.

Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

"keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua dan kebencian Allah juga tergantung kebencian orang tua," Hr.  At-Tirmidzi.

Makna hadis ini adalah saat seorang anak membuat orang tuanya Ridha kepada dirinya, maka Allah pun akan Ridha pada dirinya. Namun ketika sang anak memberi rasa benci atau menyakitkan hati orang tua, dan orang tua merasa tersakiti maka Allah pun akan membenci dan merasa sakit hati akibat kelakuan sang anak tersebut.

Jika seorang anak ingin membayar segala jerih payah sang ibu saat dia mengandung kemudian melahirkan dan mendidiknya sampai besar, semua itu tidak akan terbayarkan, semua itu tidak akan tergantikan. Itulah Puncak pengorbanan seorang ibu.

Bagaimana sang anak bisa membalas jasa-jasa ibu? tak lain hanyalah dengan pengabdian sepenuh hati.

Pengabdian meliputi pengorbanan diri fisik, harta, nyawa dan darah. Semua itu sepenuhnya untuk membela sang ibu.

Sebagai anak kita harus di depan untuk membela harga diri, martabat seorang ibu.

Puncak penggabdian seorang anak adalah jika dia mampu mengabdikan semua hal tadi dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apa pun.

Tanpa ingin disebut sebagai membalas jasa orang tua karena kita semua tahu bahwa jasa ibu tidak akan terbalaskan.

Maka dengan mendoakan ibu dan berusaha menyenangkan hatinya, membahagiakan dengan semaksimal mungkin itulah Puncak pengabdian seorang anak.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun