Kenyataan ini merupakan sebuah perjuangan mati-matian dari seorang ibu yang sedang melahirkan anak.
Tidur malamnya terganggu, istirahat siangnya pun terganggu dengan tangisan sang bayi tapi semua itu dilakukan oleh sang ibu dengan keridhaannya dan keikhlasannya.
Dia berharap hanya satu, sang anak merasakan kenyamanan di dalam kesehariannya. Ketika sang anak beranjak dewasa ibu tetap khawatir  anaknya tertimpa sesuatu, dia selalu menasihati jangan ini, jangan itu harus ini, harus itu dan semuanya  untuk kebaikan anaknya.
Jadi pengorbanan ibu itu benar-benar luar biasa tanpa menafikan pengorbanan sang ayah, dari hadis nabi tersebut sangatlah jelas bahwa peran ibu begitu utamanya.
Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, memang demikian kenyataannya sebelum siapa orang yang mendidik pastilah ibunya yang paling pertama mendidik anaknya.
Tentang bagaimana cara makan yang benar, bagaimana cara berkata yang benar, bagaimana caranya melakukan sesuatu dengan benar dan lain sebagainya.
Apa yang dilakukan oleh ibu itu benar-benar ikhlas, tidak mengharapkan sedikitpun balas budi dari anaknya karena apa yang dia lakukan benar-benar terdorong dari rasa dan naluri seorang ibu yang mencintai anaknya dengan sepenuh hati.
Segala pengorbanan dan kelelahan itu hilang seketika ketika melihat sang anak menjadi bahagia, namun ketika sang anak terlihat sedih, sakit maka sang ibu pun larut dalam kesedihan seolah-olah merasakan rasa sakit itu.
Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
"keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua dan kebencian Allah juga tergantung kebencian orang tua," Hr. Â At-Tirmidzi.
Makna hadis ini adalah saat seorang anak membuat orang tuanya Ridha kepada dirinya, maka Allah pun akan Ridha pada dirinya. Namun ketika sang anak memberi rasa benci atau menyakitkan hati orang tua, dan orang tua merasa tersakiti maka Allah pun akan membenci dan merasa sakit hati akibat kelakuan sang anak tersebut.