Salah satu pendorong seorang laki-laki menikahi perempuan adalah karena syahwat.
Normalnya lelaki dewasa tertarik kepada lawan jenisnya. Ketertarikan ini pertama kali ada karena melihat paras cantiknya.
Seperti yang digambarkan Allah dalam Quran surat Ali Imran ayat 14.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14).
Mempunyai rasa ingin yang kuat kepada lawan jenis adalah sunatullah, tidak bisa ditahan karena memang begitu normalnya.
Jika ada laki-laki dewasa tidak memiliki rasa itu maka terkategorikan tidak normal.
Syariat Islam mengatur bagaimana caranya hasrat itu tersalurkan tanpa melanggar syariat.
Rasul Saw. menjelaskan dalam sebuah hadis yang diterima dari Ibnu Mas’ud dan diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim.
Belia berkata: “Wahai para pemuda barang siapa di antara kalian yang telah mampu hendaklah menikah.” Hr. Bukhari-Muslim.
Yang dimaksud kemampuan di sini adalah meliputi kedewasaan dari segi usia (baligh), memiliki kemampuan finansial yang cukup -namun ini bukan utama dan bertanggungjawab.
Maka pintu syariat itu adalah pernikahan. Membina rumah tangga untuk keberlangsungan keturunan dan menjaga kehormatan serta agama.
Niat dalam membina hidup bersama janganlah sebatas mencari kesenangan saja.
Niat berumah tangga haruslah benar-benar karena ingin menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya saja lain tidak.
Pernikahan yang didasari selain dari rasa ibadah maka akan bernilai semu. Mudah jenuh dan cepat merasa bosan.
Hari-hari pertama pernikahan merupakan hari yang paling bahagia dan menyenangkan bagi kedua insan itu.
Namun untuk beberapa bulan kemudian hal tersebut tidak seperti yang dibayangkan.
Persoalan demi persoalan akan datang silih berganti. Rasa suka yang dulu dirasakan sebelum menikah sedikit demi sedikit memudar berganti dengan rasa sayang, apalagi saat memiliki buah hati maka permasalahan rumah tangga pun akan bertambah pelik.
Tapi anehnya hasrat lelaki itu tidak pernah berkurang seiring bertambahnya usia.
Lain halnya yang dirasakan oleh seorang perempuan atau seorang istri, ketika semakin bertambah usia atau memiliki buah hati satu atau dua orang, hasrat seksual mereka lambat laun menurun.
Bahkan suatu saat mereka ada dalam titik yang disebut menopause artinya berhenti menstruasi sudah tidak ada lagi yang disebut dengan masa subur, hasrat itu nyaris hilang.
Di saat-saat tersebut seorang perempuan sudah tidak bisa maksimal lagi melayani suaminya seperti saat beberapa bulan atau tahun pertama dari pernikahannya dahulu
Di sinilah mulai adanya komunikasi yang mesti terus dijaga untuk keberlangsungan rumah tangga agar tidak terjadi miss komunikasi antara pasangan.
Tapi hasrat lelaki kadang tidak bisa mengenal waktu dan tempat, ketika datang hasrat tersebut maka seorang suami bisa saja di luar kendali memaksa istrinya untuk memenuhi hasratnya tersebut.
Seorang suami harus mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa istrinya itu bukanlah kambing betina yang bisa sesuka hati dikawinkan oleh majikannya.
Harus ada saling pengertian tingkat tinggi antara kedua belah pihak untuk memenuhi hasratnya masing-masing, agar tercipta ketenteraman dan kedamaian di dalam rumah tangga.
Sampai kapanpun keinginan atau nafsu yang diwujudkan dalam syahwat seorang laki-laki, kalau tidak diatur oleh dia sendiri akhirnya hasrat itu hampir mirip seperti hasrat hewani dan mesti dijauhi oleh seorang lelaki agar apa? Agar terselamatkan bahtera rumah tangga tersebut dan tercapai kebahagiaan yang dicita-citakan.
Seorang istri, bila suatu saat tidak mau melayani hasrat suaminya bukan berarti dia tidak taat atau bermaksiat terhadap suaminya.
Apa sebabnya, kita harus cari tahu apakah dia sedang sakit atau apakah dia sedang tidak mood dan lain sebagainya. Mungkin karena pekerjaan seharian yang membutuhkan tenaga ekstra sehingga badan menjadi letih dan membutuhkan istirahat.
Dari situlah kita harus tahu latar belakang sang istri kenapa mereka menolak untuk menunaikan hasrat.
Bersenang-senanglah dan bergembiralah dengan pasangan kita tanpa harus memaksa satu sama lainnya.
Dan ingatlah bahwa sesungguhnya istrimu itu bukanlah kambing betina yang harus melayani hasrat suami yang tak kenal waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H