Baiti jannati, (rumahku adalah surgaku), kalimat tersebut sering terngiang tatkala seorang ustadz membahas dalam sebuah ceramahnya bertema keluarga.
Apa makna sesungguhnya tentang baiti jannati tersebut. Jika rumah dianalogikan sebagai surga yang penuh dengan kenyamanan, ketenangan dan semisalnya maka paling tidak dari slogan itu diharapkan memiliki rumah tangga atau keluarga yang penuh dengan hal-hal baik tadi.
Laksana surga yang di dalamnya tidak ada kebisingan, tak ada konflik dan ketegangan. Maka bagi penghuni rumah pun diharapkan mendapatkan sifat dari surga tersebut.
Pertanyaan selanjutnya bisakah kita yang hidup di dunia hingar bingar penuh dengan permasalahan dapat menghadirkan surga di rumah.
Ya, itu idealnya paling tidak kita bisa mendekati sifat surga tadi.
Lantas komponen apa saja yang mesti menjadi syarat hadirnya sebuah rumah laksana surga itu. Tentu akan ada banyak faktor penunjang untuk itu.
Antara lain:
Pertama, kemampuan kepala rumah tangga yakni suami dalam mengondisikan anggota keluarga agar bahtera keluarga tetap dalam koridor ketaatan kepada Tuhan. Karena dengan menaati perintah Tuhan berarti kita berharap mendapat ketenangan batin karena dari Dialah sumber ketenangan itu.
Bagaimana mungkin kita berharap sesuatu yang Tuhan sifatkan sementara kita tidak mengindahkan syarat-syaratnya.
Kedua, karena sifat surga itu tidak ada hal yang sia-sia di dalamnya maka sebuah rumah tangga yang berharap seperti surga harus menghilang segala hal yang berbau sia-sia atau hal yang tidak bermanfaat.