Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dakwah Digital

22 Februari 2022   10:55 Diperbarui: 22 Februari 2022   10:57 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poto dari republika.id

Revolusi digital telah terjadi sejak 1980-an dengan perubahan mekanik dan analog ke teknologi digital dan terus berkembang sampai hari ini.

Cepatnya perubahan tersebut memaksa orang menyesuaikan gaya hidup, termasuk gaya hidup yang semula terbuka hari ini cenderung individualis.

Segmen milenial merupakan sasaran pengguna yang paling paham karena mereka lahir ditandai dengan revolusi digital ini.

Perubahan berangsur terasa di semua bidang dari mulai ekonomi, pendidikan, kesehatan dan tak terkecuali garapan dakwah.

Para pendakwah dituntut mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini. Dakwah sekarang tidak semata dari mimbar ke mimbar.

Namun, inovasi teknologi mendorong para pelaku dakwah untuk lebih aktif dan dituntut melek teknologi agar dakwah menjadi sesuatu yang tidak membosankan.

Efektivitas dakwah digital memang sangat bisa diandalkan, terbukti dengan banyaknya follower akun media sosial seorang dai yang setia setiap saat mengakses ilmu yang disampaikan sang dai baik online maupun offline.

Sebut saja dai kondang seperti Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Khalid dan lain-lain. Mereka memiliki follower jutaan.

Walaupun tidak semua sebagai penyuka ada juga sebagian kecil menjadi hater bagi sang dai.

Nilai positif atau negatif terhadap penggunaan internet memang relatif bak tajamnya mata pisau, siapa yang menggunakannya tentu berimplikasi pada hasil akhirnya.

Jika pisau itu dipakai seorang Chef maka pisau itu dia gunakan untuk memotong bahan-bahan masakan dan memberi manfaat bagi pelakunya.

Sementara jika pisau itu dipakai seorang penjahat untuk menodong korbannya maka pisau tersebut akan membuat mudarat bagi semua pihak.

Itulah analogi teknologi digital siapa yang mengendalikan untuk kepentingan positif maka akan berdampak positif, siapa yang mengendalikannya untuk maksud negatif maka hasilnya pun akan negatif pula.

Berdakwah Lewat Media Digital

Bagi para dai hal baru ini merupakan sebuah tantangan dalam menghadapi audiens dari segmen milenial yang notabene kehidupannya tidak bisa lepas dari gadget.

Milineal merupakan lahan potensial yang harus digarap para pendakwah. Mau tidak mau dunia dakwah harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini jangan sampai karena gaptek potensi dakwah menjadi terbengkalai.

Sejumlah tayangan informasi berseliweran di beranda platform digital setiap harinya dari informasi yang penting-penting sampai tayangan iseng hiburan semata.

Sejumlah dai pun tak ketinggalan membuat akun-akun dakwah apakah di Youtube, Facebook, Instagram dan sejumlah platform digital lainnya seperti dituturkan di atas.

Beralihnya konsumsi masyarakat dari dakwah konvensional ke digital tak luput membuka celah perdebatan. Perdebatan yang paling santer mengenai keabsahan ilmu yang diterima oleh para audiens digital.

Contoh platform digital Youtube, menyuguhkan para pendakwah kondang mereka berceramah memberi nasihat kepada penontonnya.

Hal yang dipermasalahkan adalah apakah boleh mengambil pendapat dari "Ustadz youtube". Sebagian beranggapan boleh, sebagian lagi beranggapan tidak boleh.

Adaptasi digital ini sangat membawa dampak positif bagi masyarakat umum ilmu menjadi tak berjarak lagi, tempat bukan masalah lagi tentunya hari ini siapa yang mau pasti dia mendapatkannya.

Sisi lain dari perkembangan dakwah digital yang menggembirakan tersebut tak bisa diabaikan pula dampak negatif dari teknologi ini.

Berselebarannya situs-situs porno dan situs radikal serta menjamurnya akun-akun berisi hoax mengadu domba, fenomena lain dari perkembangan teknologi ini.

Laman-laman media sosial berisi hal yang tidak sehat, satu pihak menyalahkan pihak yang lain dan tak jarang buntut dari pertengkaran itu mengarah ke pelaporan karena pelanggaran UU ITE yang berlaku di negeri ini.

Internet dibanjiri konten-konten porno sebagian pengguna bermaksud untuk mengeruk cuan dari setiap konten yang dia post, tak peduli melanggar norma atau merusak akal.

Pola pikir oportunisme sudah sekian dalam mengakar di kebanyakan masyarakat.

Tak terbayangkan lagi era baru digital semakin melesat kemajuannya hari ini tahun 2022 kita sudah memasuki era baru teknologi digital dengan nama Metaverse.

Facebook sudah memulainya, Metaverse adalah konten digital berlatar 3D.

Pengguna seakan berada di alam nyata saat berinteraksi menggunakan perangkat Metaverse  tersebut.

Dengan demikian pelaku dakwah semakin tertantang untuk minimal mengimbangi arus kemajuan teknologi ini.

Dan bukan dengan cara-cara konservatif tapi lebih dari itu penguasaan terhadap teknologi digital oleh para pelaku dakwah harus lebih gencar dan inovatif.

Wallahu 'alamu 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun