"Kami tidak akan menyiksa suatu kaum sehingga kami utus pada mereka seorang utusan" QS. Al-Isra 15
Pada dasarnya setiap umat itu pasti ada penyeru agar mereka berbuat baik, karena secara historis manusia tidak mungkin jadi dengan sendirinya, artinya ada proses berkembang biak serta menyebar.
Berkembang biak dan menyebar ini adalah memang proses yang alamiah adanya dan dalam keyakinan mayoritas bahwa manusia sebagai homosapiens (manusia cerdas) berasal dari satu generasi yang sama yakni adam dan hawa.
Jika kita merunut asal mula penyebaran manusia di muka bumi ini adalah pasca banjir bah nabi Nuh As. setelah terselamatkannya nabi Nuh As. beserta para pengikutnya, mulailah anak keturunan Nuh As. menyebar ke seantero sudut bumi.
Ketiga putra nabi Nuh As. itu adalah Sam, Ham dan Yafits. Sam adalah moyang bangsa Arab, Ham adalah moyang bangsa Habsyah dan Yafits adalah moyang bangsa Rum. Sam menurunkan bangsa Semit yakni Arab, Timur Tengah dan sekitarnya.Â
Yafits menurunkan ras Yafetik yang menghuni kawasan sekitar Laut Hitam, Eropa timur dan pegunungan Althai Mongolia. Sementara Ham menurunkan suku bangsa Afrika, yakni Sudan, Mesir dan sekitarnya.
Setelah dunia damai dan tenang pasca banjir air bah 3400 SM. Dikatakan sebab terjadinya air bah adalah murka Allah terhadap pembangkangan kaum nabi Nuh As. maka menyebarlah ketiga anak cucu keturunan Nuh As. ke seantero bumi  untuk melanjutkan misi sang ayah yaitu menyebarkan kedamaian ke seluruh alam.
Itulah awal mula dakwah pelosok yang di kemudian hari akan terus dilakukan secara turun-temurun oleh generasi penerus. Sejak empat Milenium sebelum Masehi tak ada hentinya dan memang begitu sunatullahnya sampai akhir zaman.
Memelihara tanaman bisa lebih sulit dari sekedar menanamnya
Seperti halnya kaum nabi Nuh selama beberapa dekade ada dalam ketaatan beribadah hidup damai tenteram. Namun saatnya generasi pembangkang pun lahir ketika generasi nabi Nuh mulai memahat patung orang-orang saleh mereka dan mulailah mereka menyembah berhala yang mereka buat sendiri.
Ternyata memelihara umat itu bisa jadi lebih sulit daripada merintis dari awal. Menjaga konsistensi ketaatan pada diri manusia memang memerlukan kerja ekstra karena yang kita pelihara adalah akalnya.
Berbeda jika kita mengurus benda mati atau binatang yang tidak berakal tentu lebih mudah. Tapi seiring pembangkangan itu selalu lahir utusan Tuhan yang menata umat untuk kembali taat.
Kaderisasi dan regenerasi para pemelihara umat harus tetap ditumbuhkan dan dilahirkan untuk mengimbangi arus kemaksiatan yang masif. Menumbuhkan benih-benih baru semenjak dini lebih mudah daripada merekrut orang di tengah perjalanan.
Regenerasi itu pun diaplikasikan oleh Rasulullah Saw., para kader muda dididik oleh belia untuk menjadi pelanjut estafeta dakwah, dalam hal keilmuan beliau punya generasi handal semisal Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar radiallah anhum.
Dalam bidang kemiliteran Nabi memiliki generasi muda sekelas Usamah bin Zaid. Para pencatat wahyu yang sekaligus sekretaris Nabi Saw. yakni Zaid bin Tsabit dan Muawiyah bin Abi Sufyan serta sederet sahabat muda lainnya yang kelak sepeninggal Nabi Saw. merekalah yang membangun peradaban dunia selanjutnya.
Sejarah dakwah pelosok diakui atau tidak merupakan warisan turun temurun dari sebuah misi suci. Puluhan ribu tahun para utusan mengemban misi suci itu sehingga tak ada sejengkal tanah pun yang dihuni manusia kecuali telah tersentuh dakwah.
Pertanyaannya masih adakah saat ini suku-suku terpencil yang hidup jauh dari masyarakat global dan cenderung mengasingkan diri?
Pada 2013, diperkirakan terdapat lebih dari 100 suku tak terjamah di seluruh dunia, kebanyakan di kawasan pedalaman hutan di Amerika Selatan, Afrika Tengah, dan Nugini. (Wikipedia.org).
Penyebab keterasingan mereka entah karena sukarela mengasingkan diri atau karena situasi tertentu. Dari semula mengenal norma agama hingga menjadi tanpa agama.
Dari generasi ke generasi suku-suku terpencil tersebut yang asal muasalnya dari keturunan nabi Nuh As. menjadi kaum pembangkang lagi. Namun sebagian mereka mencari Tuhannya dengan pendekatan alam, akhirnya mereka mendapatkan Tuhan dengan cara mereka sendiri yakni munculnya kepercayaan terhadap animisme dan dinamisme.
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh-roh orang yang telah mati dapat berinteraksi kembali dengan orang-orang yang masih hidup. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang mempunyai khasiat atau bisa memberi manfaat bagi pengguna.
Bahkan kemudian berkembang menjadi aliran totemisme yakni percaya bahwa roh yang telah mati bisa menjelma menjadi binatang dan menempati posisi yang tinggi seperti Sapi, Harimau, Ular dan semisalnya. Ajaran-ajaran ini berkembang di zaman pra aksara.
Karena keterasingan mereka dari kehidupan global menyebabkan kepercayaan-kepercayaan itu tumbuh subur dan semakin berakar urat.
Berkaitan dengan ayat diawal jika benar-benar daerah terpencil itu tidak pernah tersentuh informasi dari utusan-utusan Tuhan maka janji Allah tidak akan mengazab mereka.
Namun apakah di era globalisasi informasi ini masih ada yang belum tersentuh dakwah, Wallahu 'alam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H