Seperti halnya kaum nabi Nuh selama beberapa dekade ada dalam ketaatan beribadah hidup damai tenteram. Namun saatnya generasi pembangkang pun lahir ketika generasi nabi Nuh mulai memahat patung orang-orang saleh mereka dan mulailah mereka menyembah berhala yang mereka buat sendiri.
Ternyata memelihara umat itu bisa jadi lebih sulit daripada merintis dari awal. Menjaga konsistensi ketaatan pada diri manusia memang memerlukan kerja ekstra karena yang kita pelihara adalah akalnya.
Berbeda jika kita mengurus benda mati atau binatang yang tidak berakal tentu lebih mudah. Tapi seiring pembangkangan itu selalu lahir utusan Tuhan yang menata umat untuk kembali taat.
Kaderisasi dan regenerasi para pemelihara umat harus tetap ditumbuhkan dan dilahirkan untuk mengimbangi arus kemaksiatan yang masif. Menumbuhkan benih-benih baru semenjak dini lebih mudah daripada merekrut orang di tengah perjalanan.
Regenerasi itu pun diaplikasikan oleh Rasulullah Saw., para kader muda dididik oleh belia untuk menjadi pelanjut estafeta dakwah, dalam hal keilmuan beliau punya generasi handal semisal Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar radiallah anhum.
Dalam bidang kemiliteran Nabi memiliki generasi muda sekelas Usamah bin Zaid. Para pencatat wahyu yang sekaligus sekretaris Nabi Saw. yakni Zaid bin Tsabit dan Muawiyah bin Abi Sufyan serta sederet sahabat muda lainnya yang kelak sepeninggal Nabi Saw. merekalah yang membangun peradaban dunia selanjutnya.
Sejarah dakwah pelosok diakui atau tidak merupakan warisan turun temurun dari sebuah misi suci. Puluhan ribu tahun para utusan mengemban misi suci itu sehingga tak ada sejengkal tanah pun yang dihuni manusia kecuali telah tersentuh dakwah.
Pertanyaannya masih adakah saat ini suku-suku terpencil yang hidup jauh dari masyarakat global dan cenderung mengasingkan diri?
Pada 2013, diperkirakan terdapat lebih dari 100 suku tak terjamah di seluruh dunia, kebanyakan di kawasan pedalaman hutan di Amerika Selatan, Afrika Tengah, dan Nugini. (Wikipedia.org).
Penyebab keterasingan mereka entah karena sukarela mengasingkan diri atau karena situasi tertentu. Dari semula mengenal norma agama hingga menjadi tanpa agama.
Dari generasi ke generasi suku-suku terpencil tersebut yang asal muasalnya dari keturunan nabi Nuh As. menjadi kaum pembangkang lagi. Namun sebagian mereka mencari Tuhannya dengan pendekatan alam, akhirnya mereka mendapatkan Tuhan dengan cara mereka sendiri yakni munculnya kepercayaan terhadap animisme dan dinamisme.