Niat sang Amir memaksa Abu Hanifah tampaknya tak berhasil. Akhirnya setelah sekian lama berada di dalam penjara ia pun dibebaskan.
Tak berapa lama setelah menghirup udara bebas, tahun 148 H/767 M Ulama itu pun wafat di Baghdad, Irak.
Dia meninggalkan para murid yang kelak meneruskan dan mengembangkan mazhabnya dengan sebutan madzhab Hanafi.
Imam Adz-dzahabi mencatat dalam kitabnya Siyaru a'lami an-Nubala tentang nama-nama guru dan muridnya hampir dua halaman.
Artinya Abu Hanifah sangat luas ilmunya terlihat dari banyak guru yang ia datangi dan banyak murid yang mengambil manfaat ilmu darinya.
Pengembaraannya dalam mencari ilmu tak dapat dikekang hanya dengan ditawari jabatan bergengsi yaitu menjadi seorang hakim.
Karena memang ulama haruslah bebas dari intervensi kekuasaan saat memfatwakan sebuah hukum.
Tokoh kita yang kedua adalah Imam Malik bin Anas.
"Ilmu itu dikunjungi bukan mengunjungi, didatangi bukan mendatangi."
Terngiang selalu ucapan Imam Malik bin Anas. Perkataan ini diucapkan ketika sang Khalifah memintanya untuk datang ke istana dan membacakan kitab karangannya yakni al-Muwaththa.
Kitab yang berisi kumpulan seribu hadis dan qaul sahabat itu menjadi kitab penting pengikut madzhab Maliki.