Syiar Islam tak mungkin akan menyebar seluas seperti sekarang bila tidak ada para perintis dakwah yang memulai bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, atau dari satu pelosok ke pelosok lainnya.
Ketika Nabi Saw. mulai diangkat menjadi Rasulullah, maka tugas dakwah pun mulai dilakukan secara terang-terangan.
Sebelumnya dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun, akhirnya perintah dakwah secara terang-terangan pun ditetapkan.
Tatkala Hamzah bin Abdul Muthalib yang notabene adalah pamannya sendiri masuk Islam, disusul Umar bin Khattab. Islam semakin kuat walaupun intimidasi masih tetap dilakukan para majikan yang hamba sahayanya diketahui menjadi pengikut Muhammad Saw.
Di tahun-tahun berikutnya Islam semakin bertambah banyak pengikutnya, tibalah saatnya perintah hijrah.
Bagi kaum Muslimin yang lemah ekonomi maupun tidak punya posisi politik di Mekah, mereka diperbolehkan hijrah demi melindungi diri dari segala intimidasi tokoh Quraisy yang berseberangan dengan kaum Muslimin.
Hijrah pertama kaum Muslimin adalah ke Habsyah, menemui raja Najasyi penganut Nasrani yang taat dan mampu memberi suaka bagi para Muhajirin.
Dalam kondisi hijrah itu pun dakwah tetap dilakukan, bahkan saat raja Najasyi mengundang mereka ke istananya.
Ja'far bin Abi Thalib selaku pimpinan rombongan berdialog dengan sang raja mengenai ajaran Islam dan kedudukan Muhammad Saw. sebagai nabi Allah, juga berbicara tentang Isa Almasih bin Maryam yang menurut pandangan Islam dia bukan anak Tuhan, namun tidak lebih hanya seorang nabi dan rasul Allah.
Bunda Maryam adalah seorang perawan suci, raja Najasyi pun merasa puas dan menyatakan kaum Muslimin boleh tinggal di wilayah kerajaannya serta dalam perlindungannya.
Itulah dakwah pertama yang dilakukan kaum Muslimin di luar kota Mekah. Setelah hampir sepuluh tahun lamanya Nabi Saw. Berdakwah di kota Mekah perintah hijrah total pun turun.
Hijrah total artinya semua kaum Muslimin yang berada di kota Mekah diwajibkan keluar semuanya dan berpindah ke tempat atau wilayah baru yaitu Yatsrib yang di kemudian hari berganti nama menjadi  madinaturrasul.
Sebelumnya Rasulullah Saw. mengutus Musy'ab bin Umair seorang pemuda yang cerdas, tampan dari keluarga kaya termasuk assabiquna alawaluun. Untuk mengondisikan kota Madinah sebelum para sahabat yang lain semuanya hijrah.
Di Madinah Nabi Saw, beserta para sahabatnya mulai menata kehidupan sebagai entitas baru yang memiliki wilayah politik tersendiri.
Pertama kali Nabi Saw. lakukan adalah mempersaudarakan Muhajirin (pendatang) dengan kaum Anshor (penolong).
Dengan adanya persaudaraan ini diharapkan sekat-sekat yang dapat menjauhkan hubungan dapat terekat  dengan prinsip ukhuwwah.
Persaudaraan seislam (ukhuwwah Islamiyah) Â menjadi modal yang ampuh untuk menghadapi tantangan dari eksternal.
Jika di Mekah kaum Muslimin lebih banyak defensif, lain halnya ketika mereka sudah memiliki wilayah politik sendiri saat tinggal di Madinah.
Opsi ofensif di pilih oleh Nabi Saw. sebagai penanda bahwa kaum Muslimin punya marwah (wibawa) sejajar dengan entitas lainnya. Terhadap komunitas yang ada di Madinah Nabi Saw. menjalin hubungan baik.
Seperti dengan komunitas Yahudi Madinah adapun keterusiran mereka dari kota itu karena pengkhinatan mereka terhadap kaum Muslimin.
Para utusan
Pada tahun ketujuh Hijrah Rasulullah mengirim beberapa utusan kepada para pembesar di sekitar Jazirah Arab, di antaranya adalah;
Amr bin Umayyah Al-Dhamri. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Raja Najasyi yang bernama Ashhamah.
Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Raja Romawi yang bernama Hiraqlah atau Heraklius.
Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Raja Persia.
Hatib bin Abi Balta'ah. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Raja Mesir dan Iskandariyah yang bernama Juraij bin Matta yang bergelar Al-Muqauqis.
Amr bin Al-'Ash. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Jaifar dan Abd. Keduanya adalah anak Al-Julanda, Raja Oman.
Sulamit bin Amr Al-'Amiri. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Hawdzah bin Ali Al-Hanafi, penguasa Yamamah.
Syuja' bin Wahb Al-Asadi. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Al-Harits bin Abi Syamr, pemimpin Damaskus di Syam atau Syiria.
Al-Muhajir bin Abi Umayyah Al-Makhzumi. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Al-Harits Al-Humairi di Yaman.
Al-'Ala' bin Al-Hadhrami. Ia diutus oleh Rasulullah untuk mengantarkan surat kepada Al-Mundzir, Raja Bahrain.
Semua para utusan itu sejatinya mengenalkan Islam kepada para pembesar yang ada di sekitar Jazirah Arab bukan untuk memaksakan agama, karena Islam memberi beberapa opsi untuk berdamai.
Selain utusan kepada para pembesar, Rasulullah Saw. juga mengutus beberapa sahabat terkemukanya ke beberapa pelosok negeri. Seperti Khalid bin Walid yang diutus ke perkampungan Najran. Ali bin Abi Thalib diutus ke Yaman, yang kemudian hari disusul oleh Abu Musa Al-Asy'ary dan Mu'adz bin Jabal.
Dalam berbagai ekspedisi dakwah adakalanya terjadi bentrok fisik yang tidak bisa terelakkan, oleh karenanya kadang ekspedisi ini diberi istilah Gazwah dan Sariyah.
Ghazwah atau jamaknya maghazi adalah setiap ekspedisi dakwah yang diikuti oleh Rasulullah Saw. adakalanya terjadi bentrok fisik adakalanya juga tanpa bentrokan fisik.
Maghazi yang diikuti oleh Rasulullah sebanyak lebih kurang 25 kali seumur hidupnya. Sedangkan sariyah adalah ekspedisi dakwah yang tidak diikuti oleh Rasulullah Saw. sejumlah lebih kurang 95 kali.
Demikianlah ekspedisi dakwah senantiasa dilakukan dari generasi ke generasi dan tetap berlangsung sampai saat kini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI