KBM di Masa Pandemi
Di awal tahun 2020 badai pandemi covid melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Di negeri kita ini virus corona merebak sangat cepat sampai merontokkan semua sendi kehidupan tak terkecuali sendi pendidikan.
Proses Kegiatan Belajar Mengajar begitu terpengaruh sekali. Bahkan sempat terhenti beberapa bulan lamanya. Semua orang tua khawatir anaknya terkena virus corona jika sekolah tatap muka dilaksanakan.
Padahal ada tragedi yang lebih menyayat lagi yakni hilangnya generasi akibat terhentinya proses belajar seperti biasa.
Digagaslah proses belajar daring, daring adalah kependekan dari dalam jaringan atau istilah lainnya adalah online. Guru dan murid mulai saat itu belajar melalui gadget yang terkoneksi dengan internet.
Banyak hal positifnya namun tentu kekurangannya pun tak sedikit. Belajar secara daring seolah-olah belajar seperti awal kembali, banyak hal yang mesti dipelajari misalnya bagaimana cara berinteraksi lewat gadget.
Bagi kebanyakan orang tua pedesaan hal tersebut merupakan "siksaan" yang memberikan tekatan mental lumayan berat.
Karena proses belajar melibatkan orang tua langsung, mau tidak mau orang tua harus menjadi "guru kedua" di rumah dalam menangani proses KBM anak.
Pada waktu selanjutnya di mulailah belajar dengan tatap muka namun masih terbatas, yang dikenal dengan singkatan TMT.
Teknis pembelajaran TMT adalah siswa yang hadir dibatasi kuotanya menjadi 50% saja dari jumlah total siswa yang ada. Dan proses belajar sehari di kelas sehari di rumah.
Pandemi ini benar-benar menjadi ujian bagi semuanya terutama guru yang merupakan garda terdepan dalam memelihara generasi selanjutnya.