"Tantangan adalah suatu hal atau usaha bertujuan atau bersifat menggugah kemampuan. Hambatan adalah suatu hal atau usaha berasal dari diri sendiri yang bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional."Â Kompas.com. (Selasa, 28 Januari 2020).
Dalam setiap perjuangan ada banyak tantangan, siapa yang ingin mendapatkan sesuatu dia harus memperjuangkannya sekuat tenaga, mengeluarkan harta, mengeluarkan keringat dan kemampuan. Pengetahuan pun dikeluarkan untuk memuluskan apa yang diinginkan.
Di dalam berdakwah pun demikian terlebih dakwah pelosok banyak tantangan dan atau hambatan yang mesti diurai agar dapat memuluskan jalannya dakwah. Tantangan yang menghambat dalam dakwah pelosok terbagi menjadi dua kategori yaitu internal dan eksternal.
Hambatan yang bersifat internal adalah segala sesuatu hal atau perkara yang dapat memperlambat jalannya suatu program karena adanya hambatan dari diri para pelakunya sendiri.
Hambatan yang bersifat internal mencakup.
Pertama, kemampuan finansial pelaku dakwah. Hal ini sangat memengaruhi sekali demi berjalannya proses dakwah tersebut. Untuk apa kemampuan finansial itu harus dimiliki. Paling tidak ada biaya transfortasi yang mesti di perhitungkan karena dakwah pelosok ini sudah barang tentu jangkauan objek dakwah (mad'u) nya akan sangat jauh dari perkotaan, kemudian kebutuhan akomodasi untuk keperluan konsumsi dan peralatan.
Jika objek dakwah berada di pulau terpencil maka kebutuhan sampan (perahu kecil) harus juga dipertimbangkan. Dan lain sebagainya yang berkaitan dengan finansial.
Kedua, Istiqamah dalam menjalani dakwah pelosok. Semangat yang stabil dalam diri seorang pendakwah terutama pelaku dakwah pelosok ini sangat menentukan keberhasilan dakwah tersebut, bagaimana jadinya jika program dakwah pelosok tersebut hanya sekedar program ngisi waktu bukan sesuatu yang direncanakan secara matang dan terukur.
Maka akibat fatalnya adalah rasa futur atau lemah semangat ketika diuji dengan misalnya perubahan cuaca, seseorang bisa sangat semangat ketika cuaca cerah namun sebaliknya dia menjadi malas ketika cuaca menjadi berubah hujan dan semisalnya.
Ketiga, konflik internal antar pelaku dakwah. Tak bisa diabaikan faktor ini sangat memukul sekali bagi dakwah, tantangan yang begitu besar akan dengan mudah melibas  program-program dakwah yang sudah direncanakan.
Penyakit klasik bagi setiap para pendakwah ini yang selalu dihadapi dalam sebuah komunitas, tentunya bukan hanya komunitas dakwah saja. Bersatunya pemikiran dari sekian banyak pemikiran yang berberbeda sangat rentan pertentangan.
Sementara hambatan eksternal sekaligus tantangan bagi dakwah terkhusus dakwah pelosok adalah:
Pertama, medan dakwah. Medan dakwah yang belum tersentuh fasilitas modern seperti jalan beraspal, adanya aliran listrik serta jangkauan sinyal telekomunikasi, merupakan tantangan tersendiri.
Bagaimana para pelaku dakwah mampu menyiasati bermacam kendala tersebut. Dari mulai menyiapkan kendaraan yang mampu beradaptasi dengan medan, menyiapkan sarana penerangan darurat dan alat komunikasi yang mampu menjangkau medan dakwah itu. Karena wilayah dakwah pelosok kadang kala ada di pedalaman hutan, di lereng gunung atau bahkan di seberang lautan di pulau terpencil.
Kedua, penolakan warga objek dakwah. Tantangan eksternal yang tak kalah sulit adalah penolakan terhadap misi dakwah dari warga setempat.
Ada beragam motif atau alasan penolakan warga tersebut antara lain, penolakan karena hasutan dari tokoh setempat yang khawatir pamor ketokohannya akan jatuh gara-gara adanya pendatang yang akan memperbaharui pola pikir warga terutama di bidang agamanya.
Motif yang lain adalah sudah kokohnya kepercayaan warga objek dakwah baik keyakinan terhadap adat dan simbol-simbolnya ataupun sudah ada pendatang yang sebelumnya telah melakukan misi agama juga.
Dua tantangan eksternal inilah yang harus dijawab para pelaku dakwah pelosok agar dakwah dapat diterima warga dan dakwah Islam bukan menjadi ajang pemaksaan ide bagi orang lain. Karena prinsip dakwah dalam Islam adalah tidak memaksa objek dakwah (mad'u).
Dakwah persuasif, dakwah moderat, karena sejatinya Islam adalah agama pertengahan yang bisa mengakomodir hukum-hukum setempat. Sejarah mengatakan, masuknya Islam ke suatu daerah dimanapun berada selalu melalui proses adaptasi yang damai.
Solusi dakwah
Untuk menjawab berbagai macam hambatan maupun tantangan dakwah, para da'i atau Mubalig harus pandai berinovasi untuk menjawab segala masalah yang ditemui di lapangan.
Mereka harus mampu meracik formula yang tepat agar hambatan yang ada di internal komunitas mampu di selesaikan secara baik. Tidak hanya itu mereka juga harus mampu menanggalkan segala kepentingan-kepentingan pribadi di luar kepentingan dakwah. Ego harus diturunkan dan otorianisme pemimpin juga harus dilunakkan.
Saling memahami antar anggota komunitas dan saling menghargai pendapat, merupakan faktor yang tak kalah penting mesti dimiliki para pelaku dakwah.
Saling mengingatkan bahwa dakwah adalah tugas mulia agar tetap Istiqamah di jalan dakwah. Terus menambah ilmu pengetahuan agar dakwah semakin berkualitas.
Adapun untuk menjawab tantangan eksternal, pelaku dakwah pelosok harus menyolidkan diri sesama mereka, kemudian menambah jejaring dakwah. Dengan banyaknya koneksi yang terhubung semisal membuka hubungan baik dengan pemerintah melalui kerja sama yang dibingkai dalam program pengentasan buta aksara, dakwah akan lebih bisa diterima warga. Dan strategi-strategi lainnya yang bisa memuluskan jalannya dakwah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H