"Seorang Muslim yang sadar akan tujuan agamanya akan dapatlah memahamkan bahwasanya tujuan suatu dakwah inilah yang terutama, yaitu menjelaskan kebebasan dan kemerdekaan diri, di bawah lindungan Allah SWT semata."Â (HAMKA)
Awal mula dakwah Nabi saw. mencontohkan dengan teladan begitu pun para Rasul sebelumnya tidak ada seorang pun kecuali mereka memberi contoh terlebih dahulu sebelum mereka mengajak orang lain.
Karena hakikat dakwah adalah sampainya apa diajakkan kepada objek dakwah. Sehingga tidak mungkin sampai tanpa ada teladan.
 Tentang keteladanan ini Allah telah jelaskan dalam firman-Nya, "Sungguh pada diri Rasulullah itu ada teladan yang baik bagi kalian."
Ya.. memang benar Rasulullah tidak pernah memerintah seseorang atau melarang seseorang sebelum beliau sendiri yang mengerjakannya atau beliau sendiri yang memulai untuk meninggalkannya.
Dalam hal sedekah Beliau pun selalu memberi contoh sehingga beliau terkenal sekali kedermawanannya apalagi di bulan puasa lebih lagi dermawannya.
Mampukah seorang Da'i hari ini mengejawantahkan akhlak Rasul saw., tentu takkan sesempurna beliau karena di samping zaman nya sudah sangat jauh berbeda juga karakter budaya sangat mempengaruhi pola hidup masyarakatnya.
Tinggal di daerah dengan iklim yang panas tentu sangat berdampak pada pola hidup warganya yang cenderung keras karena terbentuk secara alamiah. Begitu pun masyarakat yang tinggal di pegunungan sangatlah berbeda dengan mereka yang tinggal di pesisir pantai jadi letak geografi dimana orang tinggal sangat signifikan memengaruhi perilaku kehidupannya.
Berkaitan dengan dakwah semisal Nabi saw, maka yang mesti di wujudkan adalah seberapa maksimal usaha kita untuk meneladani junjungan kita Nabi saw. Perihal akhlak atau norma hidup dia sehari-hari.
Maksimal dalam meneladani perihidup Nabi inilah yang semestinya kita lakukan pertama kali, sejauh mana usaha kita meneladani sunnah-sunnahnya, apa yang mampu kita ikuti untuk menghidupkan kebiasaan-kebiasaan baiknya tentunya sebatas kemampuan kita.
Allah perintahkan kepada hambanya untuk senantiasa meneladani Rasul-Nya, rule model dalam segala bentuk kebaikan untuk kehidupan manusia di dunia ataupun di akhirat. Baik dalam bertutur sopan santun dalam bersikap, rendah hati dan tak pernah sombong.
Itulah akhlak mulia sang Nabi saw. Kesabarannya ditempa semasa kecil selagi dalam kandungan, sang ayah mendahului pergi ke alam baka. Lahir tanpa mengetahui wajah sang ayah adalah kenyataan yang sangat pahit sekali.
Selang enam tahun usia kanak-kanaknya, sang ibu pun menyusul ayahandanya. Kesedihan tak terperikan, kehilangan kedua orang tua, yatim-piatu di usia yang masih sangat membutuhkan kehangatan dekapan kasih sayang dari seorang ibu dan ayah.
Beranjak remaja di bimbing oleh sang paman yang sangat mencintainya. Sedikit rasa sedih itu berkurang namun kehidupan sang paman pun tak sebaik nasib dirinya. Sama-sama serba kekurangan.
Dengan latar belakang kehidupan yang perih itulah Allah menyiapkan sang utusan agar kelak terbiasa menghadap berbagai macam kesulitan yang akan dihadapi.
Uswah (teladan) inilah yang harus diikuti oleh para pengikut sang Nabi, tidak cengeng menghadapi kesusahan-kesusahan dalam kehidupan, tegar dan sabar menapaki setiap jenjang ujian kehidupan, tak pernah hilang arah dalam mengikuti jejak sang Nabi dan Istiqomah dalam menggerakkan dakwah seperti amanat sang Nabi saw.
Kesuksesan Nabi saw, di dunia dan akhirat akan terasa pula bagi para pengikut setianya. Dakwah dengan teladan terbukti lebih berdampak daripada berdakwah hanya mengandalkan retorika belaka.
Objek dakwah pun akan merasa dimuliakan karena tidak ada paksaan untuk menerima ajakannya. Akhirnya tujuan dari dakwah pun tercapai tanpa ada yang terganggu kehidupannya.
Pilihan kata tatkala mengajak orang buat baik pun bukan dengan, "Silahkan lakukan ini dan itu, tapi mari bersama-sama kita kerjakan." Itu cukup membuat mad'u (objek dakwah) bersimpati yang akhirnya tujuan dakwah tersampaikan.
Untuk menghindari gesekan di kalangan awam maka seorang Da'i haruslah memahami psikologi dan sosiologi dakwah.
Mengerti bagaimana kejiwaan orang yang diajak bicara kemudian memahami kultur atau budaya masyarakat setempat. Tanpa mencampur adukan keyakinan dan aturan Islam yang sudah baku.
Mencerahkan masyarakat yang belum pernah mendalami urusan agamanya, dengan harapan suatu saat dakwah tersebut berbuah ketaatan kepada Allah berdasar ilmu bukan lagi hanya meraba-raba.
Seperti kata pepatah bijak "Bahwa berdakwah dengan contoh yang baik itu lebih mengena daripada ceramah di atas mimbar."
Di sinilah seorang Da'i di tuntut memiliki integritas yang tinggi terhadap ajaran yang di embannya, agar para jamaah pun tak ragu lagi untuk mengikutinya.
Maka keteladanan adalah suatu keniscayaan yang harus dimiliki oleh seorang Da'i sebagai representasi wajah Islam, yang meliputi sikap dan cara bicaranya sehari-hari.
Jika dia bersikap buruk maka Islamlah yang tercoreng dengan keburukan perangainya namun jika dia bersikap ramah dan baik, kehidupannya dihiasi akhlak karimah, maka Islam pun terbawa harum dengan sikap baiknya tersebut.
Sejatinya itulah yang diajarkan Islam melalui Nabi nya. Beliau menjelaskan "Bahwa Aku diutus tiada lain hanya untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H