Mohon tunggu...
Abah Raka
Abah Raka Mohon Tunggu... Buruh - catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

kanal personal: https://abahraka.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Gagal Nyagub, Inilah Lima "Dosa"Anies Baswedan

2 September 2024   08:15 Diperbarui: 2 September 2024   08:22 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat mencalonkan diri menjadi presiden, menjadi hak semua warga negara termasuk Anies Baswedan. Namun, Anies lupa purwadaksi, lupa Sejarah, siapa yang mendukungnya habis-habisan pada Pilgub Jakarta, adalah Prabowo Subianto. Sama seperti saat Joko Widodo menjadi Gubernur Jakarta, Prabowo dan Gerindra menjadi personal dan partai yang habis-habisan mendukungnya.

Ini menjadi semacam cacat, karena setelah diperjuangkan habis-habisan, justeru Prabowo dan partainya sendiri harus menghadapi figur yang diperjuangkannya. Ini semacam menolong orang yang tidak tahu berterima kasih. Bukannya balas budi, malahan melawannya. Ini menjadi semacam 'dosa' politik Anies Baswedan terhadap Prabowo dan Partai Gerindra.

4. Anies juga memiliki sikap 'sombong' dalam berpolitik.

Ridwan Kamil, walaupun tidak berlabuh di Partai Gerindra yang telah mengusungnya saat menjadi Walikota Bandung, atau ke Partai Nasdem saat Nyagub Jawar periode 2019-2024, namun pada akhirnya berlabuh ke Partai Golkar. Terlepas alasannya sangat pragmatis atau idealis, tapi itu realistis jika ingin diterima dan mendapatkan dukungan untuk kontestasi kepemimpinan ke depannya.

Sedangkan Anies, sepertinya tidak niat sama sekali untuk bergabung dengan partai-partai pengusungnya, misalnya ke PKS atau Nasdem. Sebagai ucapan terima kasih karena telah mengusungnya menjadi Capres. Justeru berakhir dengan bersilaturahmi ke PDIP yang memiliki latar belakang hubungan polisik yang kurang baik saat periode Pilkada 2019. Wajar jika pada akhirnya PKS menarik dukungannya.

Bukankah ini sebagai bukti 'kesombongannya' dalam berpolitik?  

Setelah gagal Nyagub, Anies justeru berniat mendirikan partai politik atau Ormas.

5.Bersikap tidak Ramah saat kampanye

Saat kampanye dialogis, Anies sempat memberikan penilaian terhadap kinerja Prabowo Subianto dengan nilai merah sangat buruk. Banyak pihak menyayangkan, juga sebagai bentuk yang tidak etis dari seorang Anies. Walaupun Prabowo bukan pendendam dan relatif lebih rileks, namun bagaimana raut mukanya saat mendapatkan penilaian tersebut, sesuatu yang sulit untuk lupa.

Jika Prabowo dan Gerindra sakit hati, saya kira wajar. Bisa lain cerita, jika Anies menghindari penilaian terhadap Prabowo, tapi fokus saja pada program-programnya ke depan.

Jika dibahasakan, ngapain mengusung sosok yang tidak tahu terima kasih dan justeru 'menghina'nya dengan penilaian buruk.
Sebagai penonton drama politik, tentu saja saya menyayangkan tidak adanya sosok Anies dalam arena kontestasi Pilgub, baik di DK Jakarta ataupun Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun