Mohon tunggu...
Dudin Samsudin
Dudin Samsudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/IAILM Suryalaya

Manusia yang sedang belajar menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tokoh-Tokoh Kafir yang Dikisahkan Al-Qur'an (Bagian 2)

3 Desember 2024   10:19 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:40 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini masih melanjutkan bagian 1 sebelumnya mengenai tokoh-tokoh kafir yang dikisahkan Al-Qur'an.

4. Al-Hakam bin Hisyam alias Abu Jahal.  

"Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?. Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah." Qs. Al-A'laq: 11-18

Sebagaian ulama, diantaranya Imam al-Qurthubi, al-Khazin dan al-Baghawi, Imam Ibnu Katsir, As-syaukani menegaskan bahwa surat al-'alaq ayat 11-18 diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal alias Amr bin Hisyam. Dia adalah penindas kaum mustad'afin, musuh kaum mukminin di Mekah, dan Fir'aunnya umat ini.

 Menurut Rasulullah saw., Abu Jahal adalah orang yang melukai tubuh Bilal dengan batu dan cambuk, yang melarang Rasulullah saw sholat di dalam Ka'bah, salah seorang yang mengolok-ngolok dakwah Islam dan pemeluknya, dan salah seorang yang berkonspirasi di Darun Nadwah untuk membunuh Nabi saw.

  

5. 'Amir Ibnuth-Thufail 

"Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat Karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan yang Maha keras siksa-Nya." Qs. a-Rad, 10-13

 Dia adalah serigala yang tumbuh dipadang sahara sebagaimana serigala lainnya. Dia adalah manusia buas yang haus darah. Dia adalah laki-laki yang berhati keras dan kasar, tidak mengenal rasa belas kasihan dan tidak tahu apakah kasih sayang atau kehangatan itu.

Shahih, Ibnu Juraji dan Ibnu Zaid meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, 'Surat ar-Rad ayat 10-13 dan yang sebelumnya, diturunkan berkenaan dengan Amir Ibnuth-Thufail dan Arbad bin Rabi'ah.'

Keduanya bermaksud menemui Rasulullah saw. Salah seorang sahabat Nabi berkata, 'Rasulullah , Amir Ibnuth-thufail hendak menemuimu'. Nabi besabda, 'biarkanlah,. Jika Allah hendak memberinya kebaikan niscaya Dia menunjukkannya.'

Amir pun menghadap hingga berdiri di hadapan Rasulullah saw.

Dia berkata, 'Muhammad, apa yang aku perolah jika aku masuk Islam?'. Nabi bersabda, ' Kamu memperoleh hak dan kewajiban seperti yang dimiliki oleh orang muslim lainnya,'

 Amir berkata , 'Berikanlah kekuasaan kepadaku setelah kamu meninggal'

'Tidak. Hal itu bukanlah kekuasaanku. Hal itu semata-mata kekuasaan Allah ta'ala. Dia memberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya'.

'kalau begitu berilah aku kekuasaan atas penduduk kampung, sedang engkau berkuasa atas penduduk kota.'

'Tidak'.

'lalu dimanakah kamu akan menempatkan aku?'

'Aku akan menempatkanmu diatas punggung kuda yang kamu gunakan untuk berperang'

'bukankah hal itu yang aku miliki sekarang?'

Sebenarnya sebelum percakapan itu terjadi, Amir telah berpesan kepada Arbad bin Rabi'ah bahwa jika dia melihat dirinya berdialog dengan Nabi, hendaklah dia memutar ke belakang lalu menebas Nabi dengan pedang. Karena itu, Amir terus mendebat dan memojokan Nabi, Arbad berputar ke belakang Nabi saw. Amir memberikan isyarat. Nabi melirik, sehingga beliau dapat melihat Arbad dan apa yang akan dilakukannya.

Beliau bersabda, 'Ya Allah, lindungilah aku dari kedua orang ini dengan cara yang Engkau kehendaki'.

Allah mengirimkan petir kepada Arbad, padahal waktu itu musim kemarau. Dia berteriak. Petir itupun menghanguskannya. Adapun Amir melarikan diri dan berkata, 'Hai Muhammad, kamu berdo'a kepada Tuhanmu maka terbunuhlah Arbad. Demi Allah, aku akan memenuhi Madinah dengan kuda pacu dan para pemuda yang gagah.'

Rasulullah bersabda, ' Allah dan kaum Aus serta Khazraj akan menghalangimu'

Amir singgah di rumah seorang wanita dari Bani Salul. Ketika pagi tiba, dia mengambil senjatanya, dan berkata ' Demi Latta dan Uzza, jika Muhammad dan temannya menempuh padang pasir untuk mengejarku, niscaya aku akan membidik keduanya dengan tombakku'.

Allah melihat hal itu, maka Dia mengutus malaikat yang kemudian menampar Amir dengan sayapnya sehingga Amir tersungkur ke tanah. Pada keesokan harinya, luka dikedua lututnya membengkak hingga sebesar punuk unta.

Amir mati di atas punggung kudanya. Sehubungan dengan peristiwa diatas, Allah menurunkan surat a-Rad dari ayat 10-14.

 

6. An-Nadhar ibnul-Harits 

 

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami Telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) Ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. Qs. al-Anfal, 31-33

Dia termasuk salah seorang yang menentang dakwah Islam pada permulaan kemunculannya dan yang menghalang-halangi para pengikutnya. Allah pun mengunci mati hatinya sehingga dia tidak dapat melihat cahaya baru yang menyinari dunia sekitarnya.

An-Nadhar merupakan salah seorang kaum kaya Mekkah yang berkedudukan. Dia memanfaatkan kekayaan dan kedudukannya untuk menindas para pengikut Muhammad saw. dan berupaya untuk mengujinya supaya mereka keluar dari agamanya.

Menurut Ibnu Katsir, melalui surat al-Anfal ayat 31-33 ini, Allah Ta'ala memberitahukan kekafiran kaum Quraisy, kecongkakan mereka, kedurhakaannya, keingkarannya, dan pengakuannya yang bathil. Tatkala ayat-ayat ini dibacakan, mereka berkata, 'Kami pernah mendengar hal yang semacam ini. Jika kami mau, niscaya kami sanggup mengungkapkan hal yang sama.'

Dikisahkan bahwa An-Nadhar pergi ke Persia, lalu belajar kepada beberapa juru dongeng kerajaan, diantaranya Rustam dan Isfandiyar. Ketika tiba di Makkah, dia melihat Rasulullah telah diutus Allah. Dia membacakan al-Qur'an kepada manusia. Jika Rasulullah berdakwah disuatu Majlis tempat an-Nadhar Ibnul Harits berada dan menceritakan berita tentang orang terdahulu, maka an-Nadhar berkata, 'Demi Allah, siapakah juru kisah yang paling bagus, aku atau Muhammad?'

Karena itu, tatkala Allah Ta'ala memberikan kekuatan kepada Nabi Saw dalam perang Badardan an-Nadhar tertangkap sebagai tawanan, secara tenang beliau menyuruh untuk memenggal lehernya dihadapannya. Hal itu pun dilakukan. Kepunyaan Allahlah segala puji.

Menurut Ibnu Jarir, orang yang berhasil menawan an-Nadhar adalah al-Miqdad ibnul-Aswad r.a.

Ibnu Jarir berkata bahwa pada perang Badar, Nabi saw menginstruksikan untuk membunuh Uqbah bin Abni Mu'ith, Sha'imah bin Adi, dan An-Nadhar ibnul-Harits dengan kesadaran. Al-Miqdad menawan An-Nadhar tatkala dia diinstruksikan agar dibunuh.

Ibnu Katsir berkata bahwa sehubungan dengan an-Nadhar inilah, diturunkan firman Allah berikut ini.[2]

Terjemah, al-anfal: 31, al-Furqon: 5, al-Anfal: 32.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun