"Wah, betul Bang, daging nasninya enak. Saya beli satu kilo ya," kata si pemuda kepada si penjual daging, setelah mencoba daging nasni itu beberapa hari yang lalu, yang dia tumis bumbu kecap. Penjual daging tersenyum mendengarnya.
"Betul kan kata saya," yang dijawab dengan anggukan kepala si pemuda. Penjual daging itu lalu memotongkan daging nasni itu sesuai permintaan si pemuda. "Akan lebih enak kalau dimakan setengah matang," lanjutnya kemudian sambil menyerahkan sekilo daging nasni itu kepada si pemuda.
"Berapa harganya, Bang?" tanya si pemuda sambil menyambut daging nasni itu. "Empatpuluh ribu," jawab si penjual yang ditanggapi si pemuda dengan merogoh sakunya.
"Wah, sudah enak, tidak begitu mahal pula," kata si pemuda sambil menyerahkan selembar limapuluh ribuan.
"Syukur kalau Dek suka rasanya," kata si penjual sambil menerima uang si pemuda lalu memberikan kembaliannya. Senyum mengembang di wajahnya.
---
Rasa penasaran si pemuda memuncak. Setelah beberapa kali menikmati daging nasni itu dengan memasaknya dalam berbagai menu kesukaannya, yang hebatnya daging itu tetap terasa enak di mulutnya walau dimasak dengan berbagai cara yang bervariasi. Dan benar pula kata si penjual mengenai dimasak setengah matang akan lebih enak lagi. Tak ayal kesemuanya mengerucut ke rasa penasarannya. Dia harus melihat wujud nasni ini.
"Bang, waktu itu Abang bilang saya boleh ikut Abang berburu nasni, apa masih berlaku, Bang?" si pemuda langsung bertanya tanpa basa-basi lagi.
"Oh tentu Dek, karena Dek menyukai daging nasni maka sudah kewajiban bagi saya untuk memperlihatkan kepada Dek seperti apa nasni itu. Saya bahkan sudah menunggu-nunggu Dek untuk berkata demikian."
"Wah, asyik kalau begitu. Kapan Bang mau mengajak saya?" tanya pemuda itu lagi.
"Besok bisa?" si penjual daging balas bertanya, dan langsung diiyakan oleh pemuda.