Kembali ke bahasan di atas tentang angan yang sudah pasti mustahil.
Memang tidak mungkin bisa bahagia hidup bersama pasangan yang berkepribadian narsis. Luka yang mereka robekkan biasanya sangat lebar, dalam dan banyak. Dan sayangnya, 'sang korban' baru 'siuman' setelah diingatkan puluhan tahun oleh keadaan atau puluhan kali oleh orang-orang yang memang paham soal narsisisme.
Kesadaran muncul terlambat. Muncul setelah mereka hidup menderita begitu lama.
Meski tidak semustahil berkongsi dengan dua cupang jantan, karena beberapa alasan seperti, agama tidak membolehkan perceraian, 'beliau orangtua aku', Â hidup berdampingan dengan orang narsis tetap bisa dilakoni, meski perjuangannya sungguh berat.
Sebab yang mesti diubah adalah cara-pandang dan tata-perasaan sang pasangan si narsis.
[bagian 1 dari rangkuman bincang-bincang podcast Dr. Ramani Durvasula bersama Kyle Kittleson dari kanal YouTube MedCircle]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H