Mohon tunggu...
Daniel 766hi
Daniel 766hi Mohon Tunggu... -

Palala.dasbor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasangan Hidup Sejati

28 Juli 2011   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang isteri. Dia mencintai isteri yang keempat dan memberinya harta dan kekayaan yang banyak. Sebab dialah yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini sangat bangga dengan isteri ketiganya, dan selalu berusaha memperkenalkannya kepada semua temannya. Ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini akan lari dengan pria yang lain.

Iapun sangat menyukai isteri keduanya yang sabar dan pengertian. Bila pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan isterinya ini. Dialah tempatnya bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Isteri yang pertama adalah pasangan yang setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dialah yang merawat dan mengatur kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi sang pedagang tidak begitu mencintainya. Walaupan sang isteri pertama ini begitu sayang kepadanya, namun ia tidak begitu memperdulikannya.

Suatu ketika sang pedagang sakit dan menyadari bahwa dia akan segera meningagl. Lalu ia meminta semua isterinya datang. Ia bertanya kepada isteri keempatnya, "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Maukah engkau menemaniku?"

Isterinya terdiam, lalu menjawab, "tentu saja tidak," lalu ia pergi tanpa berkata-kata lagi.

Jawaban itu sangat menyakitkan hatinya. Pedagang ini lalu bertanya kepada isteri ketiganya, "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku?"

Isterinya menjawab, "Hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati."

Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Lalu, ia bertanya kepada isteri keduanya, "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau aku mati, maukah engkau ikut mendampingiku?"

Sang isteri menjawab pelan, "Maafkan aku," ujarnya, "aku tidak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu sampai liang kubur saja. Nanti kubuatkan makam yang indah buatmu."

Jawaban itu seperti kilat yang menyambar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun