Situasi pun sempat mencekam ibu kota atas hasil perhitungan suara yang tidak dapat diterima oleh sebagian kalangan sehingga memicu amarah. Kemudian hal ini mengundang orang-orang yang ingin merobek bentangan kedamaian dan kekhusyukan dalam ibadah  di bulan Ramadan. Terlepas dari pro dan kontra, tapi kejadian tersebut jelas-jelas sangat menodai kesucian bulan penuh keberkahan ini.
Nafsu amarah adalah musuh yang bersarang dalam diri setiap manusia. Sebagai suatu sifat yang cenderung mengajak pada keburukan apabila kita tidak dapat mengendalikannya. Bahkan jika amarah kita sampai melukai hati atau melukai fisik seseorang atau banyak orang apa yang akan terjadi? Tentunya permusuhan yang akan memercikan api dendam sehingga menimbulkan perseteruan yang kian meruncing. Jika tidak segera dikendalikan lama-lama akan memuncak bahkan mungkin saja akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Karena jika kita marah dalam keadaan berpuasa tentu menybabkan pahalaj Nauzubillhimindzalik.
Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menjaga kehormatan, serta bersabar dalam setiap keadaan. Apalagi sekarang kita berada dalam bulan Ramadan, bagaimana dengan ibadah puasa kita bila tidak dapat menahan diri dari hawa nafsu? Bila kita melonggarkan hawa nafsu dalam diri, maka ibadah puasa kita hanya akan mendapat lapar dan dahaga saja. Marah ketika berpuasa akan menghilangkan pahala puasanya berkurang.
Rasulullah SAW bersabda: "Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya." (HR. Bukhari dan muslim)
Oleh karenanya jagalah hati kita agar dapat meraih kemenangan di setiap waktu berbuka dan lulus dari ujian selama bulan Ramadan sehingga kita pun meraih kemenangan sejati di hari yang fitri nanti. Wallahua'lam bish-shawabi. []
Cianjur, 21 Ramadan 1440-H/ 26 Mei 2019
Â
Sumber rujukan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H