Mohon tunggu...
Zaini K. Saragih
Zaini K. Saragih Mohon Tunggu... Dokter - dr. Zaini K. Saragih Sp.KO

Dokter spesialis olahraga, praktek di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mantan dokter timnas dan komite medis PSSI. Saat ini sebagai chairman Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) dan Indonesia representative board SEARADO (South East Asian Ragional Anti Doping Organization)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terapi Dingin dan Panas untuk Cedera

18 November 2017   09:36 Diperbarui: 18 November 2017   10:21 2048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image dar: instagram @uwisportsmedicineclinic

Cedera muskoloskeletal (MSK) adalah cedera yang melibatkan tulang otot dan jaringan lunak lain (tendon,  ligamen,  bursa,  fasia dll). Berdasarkan mekanisma-nya, Cedera MSK dapat dibagi 2 kelompok:

  • Traumatik (akut dan cronic ekasebasi akut/ kronik yang kambuh). Cedera jenis ini umumnya disebabkan oleh trauma (rudapaksa). Dapat terjadi karena benturan atau karena over stertch. 
  • Atraumatik/Kronik. Cedera kronik disebabkan proses degeneratif. Biasanya akibat dari over used. 

Pada cedera awal terjadinya cedera terjadi kerusakan jaringan,  tubuh akan berusaha untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Proses perbaikannya terdiri dari beberapa fase seperti berikut.

Image dari: woundeducators.com
Image dari: woundeducators.com
Fase inflamasi ditandai 5 tanda utama:
  • Warna kulit daerah cedera menjadi kemerahan
  • Suhu kulit daerah cedera lebih hangat
  • Nyeri pada daerah cedera
  • Bengkak pada daerah cedera
  • Organ tidak dapat berfungsi normal (gerakan menjadi terbatas)

Proses inflamasi ini berjalan otomatis saat terjadinya kerusakan jaringan. Dimulai dengan pergerakan sel darah putih dan trombosit (jika diperlukan). Proses ini terus berlangsung selama jaringan masih belum selesai diperbaiki. Tanda proses ini selesai (jaringan sudah diperbaiki, dengan berkurangnya ke 5 faktor yang di atas). Durasi fase inflamasi sangat bervariasi, biasanya berkisar antara 3-7 hari. Penatalaksanaan pada kasus ini disebut penatalaksanaan dingin (cold therapy), sering dikenal juga dengan RICE:

Rest: bukan berarti mengistirahatkan seluruh tubuh, tetapi hanya mengistirahatkan bagian tubuh (jaringan) yang mengalami cedera. Jadi jika cedera ada di lengan, masih tetap dapat melakukan aktivitas fisik atau latihan dengan menggunakan alat gerak bawah / kaki dan sisi lawan dari tangan yang cedera. Beberapa penelitian membuktikan bahwa latihan pada sisi yang berlawanan dengan cedera akan membantu proses penyembuhan sisi yang cedera.

Ice. Memberikan suhu dingin pada area yang mengalami cedera, dengan cara:

  • Memberikan es 
  • Merendam dalam air yang bercampur es
  • Menyemprotkan chlor etil
  • Menggunakan mesin.

Sensasi dingin yang diberikan harus sangat dingin, sekitar 5-100c. Dilakukan selama kurang lebih 10 menit dan dengan frekuensi 3-4 kali sehari. Yang harus diperhatikan saat memberikan es adalah:

  • Tidak ada luka, jika ada luka tutup dengan penutup tahan air (water proof)
  • Tidak menyentuhkan es langsung ke kulit, karena dapat mengakibatkan cedera

Compression. Jika karena suatu sebab bagian tubuh yang cedera harus bergerak, maka bagian yang cedera tersebut dibalut tekan. Kekuatan balut tekan harus mampu memegang jaringan tersebut dari getaran akibat gerak, tetapi harus cukup longgar sehingga darah masih dapat mengalir.

Elevated. Dalam keadaan istirahat, lakukan proses anti grafitasi dengan cara mengangkat bagian tubuh yang cedera sehingga berada di atas jantung (setingkat atau lebih tinggi) dibandingkan dengan posisi jantung (ada bagaian tubuh lain yang lebih dekat ke bumi).

Image dari: http://tstaz.com
Image dari: http://tstaz.com
Pada kondisi akut (inflamasi) tidak boleh ada manipulasi yang dilakukan seperti mengurut, menarik dan memberikan terapi panas, kecuali pada kasus:
  • Fraktur dan dislokasi, harus dilakukan reposisi dan imobilisasi segera oleh dokter atau orang yang ahli.
  • Kram, dilakukan over stretch pada otot yang mengalami kekakuan (searah kontraksi otot) dilanjutkan dengan melakukan massage relaksasi yang diikuti pemberian bahan bersifat panas (hangat) untuk melancarkan aliran darah)

Terapi panas (hot therapy) dilakukan jika tidak ada inflamasi (inflamasi minimal). Tujuan dilakukan hot therapy untuk mempercepat proses regenerasi (proliferasi) dan remodeling jaringan yang rusak dengan cara memberikan rangsang pertumbuhan yang sifatnya hangat (panas), seperti:

  • Infra merah
  • Massage
  • Bahan yang sifatnya panas seperti balsam
  • Ultra sound
  • TENS

Terapi dilakukan selama 5-10 menit, 2-3x perhari.

Disamping itu, segera setelah inflamasi berkurang (hilang) dilakukan latihan gerak, dari yang sebelumnya istirahat. Gerakan dimulai secara perlahan dan progresif, dengan beberapa acuan:

  • Mulai dari gerakan pasif hingga gerakan aktif.
  • Mulai ROM minimal sampai ROM maksimal.
  • Mulai isometri sampai konsentrik dan eksentrik.

Jika proses inflamasi (3 hari pertama) keluhan cedera tidak berkurang atau bertambah parah, segera berkunjung ke sarana medis terdekat untuk mendapat evaluasi lebih lanjut.

Dr. ZN Sports Med.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun