Sebelum zaman kedua logam mulia tak banyak dikenal, hanya sebagian besar dari kaum Eidhels yang menggunakan sebagai perhiasan di leher atau kepala mereka. Dahulu kala, dalam aturan Gloebh, mereka hanya saling menukar barang ataupun tenaga yang disepakati nilainya.Â
Kesepakatan akan lahir dengan nilai ketertarikan seseorang akan suatu benda, sehingga terkadang kesepakatan akan timbul masalah baru seperti pertengkaran, bahkan sampai timbul kejahatan. Dengan tujuan dan pengetahuan yang kurang bijak, mereka para Eidhels mengenalkan dan memprioritaskan Loter memiliki nilai lebih berharga dari benda yang lain untuk dapat ditukar nilainya.
Logam-logam dari jenis tertentu seperti emas, perak ataupun perunggu  mempunyai nilai tukar yang lebih, terlebih emas ataupun permata. Dan pada wilayah atau keluarga tertentu mereka memilih untuk memberi lambang pada Loter-loter mereka sebagai kebanggan, baik itu nama-nama atau ukiran wajah. Seperti pada keluarga Burhens, dari para Duns yang memberikan lambang kepala hewan sebagai hasil dari perburuan yang mereka lakukan.Â
Tak kalah dengan kebanggaan yang sama, para raja dari para Gnom terkadang hanya menerima hadiah atau upeti dengan lambang-lambang tertentu sebagai penghargaan. Ketertarikan mereka pada hasil karya dan dengan didukung sifat egois menjadikan pergolakan baruyang dimungkinkan dapat memicu perang, atau bahkan sebaliknya bahwa perang dapat dibeli dengan banyak Loters dan singkirkan harga diri.
Loters menjadi sangat penting bagi tujuan hidup mereka, karena siapa yang menguasai Loters lebih banyak maka akan menjadi tuan bagi Mers yang lain, sehingga saat itu dimasa mereka muncullah istilah "Lord of the Mers" yang dipermudah penyebutannya menjadi Loters.Â
Bentuk ukir atau seni dari sebuah karya tak berlaku bagi golongan Lomers, tetapi lain halnya dengan golongan para Eidhels atau Gnom bangsawan, yang  ber-arti bahwa pengetahuan dan karya unik akan lebih menarik  dan berharga sebagai sebuah prestasi, dan sudah barang tentu jika mengenai seni keindahan.
Mahluk atau apapun itu bagi mereka
Sebagai catatan-catatan yang tertulis dalam sejarah-sejarah Gloebh, beberapa mahluk ataupun hewan langkah, bahkan mahluk legenda ditulis sangat jelas di buku-buku karangan mereka, penghuni Gloebh. Baik para peri ataupun golongan manusia, khusunya peziarah kuno seperti Dhois yang merujuk  pada buku para gnom dan ellazar.Â
Banyak sekali keanehan dan keunikan dari berbagai jenis mahluk legendaris dengan ciri dan asalnya, karena diyakini bagi mereka, beberapa mahluk tidak berasal dari dunia mereka, dan semuanya tentang asal muasal dapat pembaca nikamati di buku pertama* The Runes.Â
Sepanjang usia, setelah Dhois memutuskan untuk tertarik dengan rasa penasaran dan takut, perjalanan ataupun petualangan genting kerap kali ia lakukan hanya untuk mencari kebenaran ataupun memanfaatkan sisa usianya, tatkala itu adalah akhir di zaman pertama sebelum terjadinya perang Akbar di zaman mereka.
Setelah beberapa catatan yang sempat ia kumpulkan selama perjalanan di beberapa tempat-tempat misterius sebelum perang akbar, Dhois kembali menyusun beberapa petunjuk-petunjuk dan beberapa petuah dari tetua para Ellazar. Hal itu menjadi lebih menarik sebagai mitos daripada menjadikannya sebagai peringatan-peringatan genting, yang seringkali terjadi dalam perbincangan beberapa Peziarah.Â
Semua itu menjadi alasan baginya melakukan beberapa kunjungan di beberapa perpustakaan raja-raja kuno, karena di dalam penglihatannya banyak sekali hal-hal aneh setelah beberapa ellazar menunjukkan sesuatu yang tak dapat ia jelaskan dengan pengetahuannya.