Jika tidak dengan Gerindra-PKB, tapi dengan koalisi Golkar-PAN-PPP? Skenario peta jalan ini juga terlihat buntu. Pasalnya di poros itu juga punya jagonya masing-masing. Setidaknya ada dua tokoh parpol yang juga punya ambisi untuk jadi RI 1, atau minimal RI 2, yaitu Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan. Apakah mungkin, PSI akan mendepak Yenny Wahid guna mengakomodir kepentingan politik Airlangga/Zulkifli? Depak Yenny sama saja artinya "melepehkan" suara warga Nahdliyin.
Keterburu-buruan PSI dalam menetapkan dan mempaketkan Ganjar-Yenny sejatinya membuat Ganjar "patah kaki". Jikalah PSI ingin bersabar, bekerja secara underground, "merekayasa" opini di media sosial, memupuk elektabilitas Ganjar, dan memantik gerakan-gerakan civil society untuk mendukung Ganjar seperti halnya kemunculan Jokowi di 2012, tentulah perlahan tapi pasti dengan sendirinya PDIP akan mengusung Ganjar menjadi capres.
Kini, PDIP tentu tidak lagi melihat gerakan yang mendukung Ganjar sebagai gerakan arus bawah, seperti halnya PDIP yang berpersepsi pada Jokowi di 2012 dan akhirnya merelakan ambisi Megawati menjadi presiden dengan memberikan tiket kepada Jokowi. Tindak tanduk Ganjar ke depan justru dinilai sebagai langkah-langkah politik untuk "mengintervensi" internal PDIP dengan mengatasnamakan kehendak rakyat. Sebagai partai yang berdaulat, tentu PDIP tidak akan mudah digoyah begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H