Mohon tunggu...
Dwi Rahmadj Setya Budi
Dwi Rahmadj Setya Budi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Suara Rakyat, Suara Tuhan; Mengapa Gerakan Protes Sosial Sedunia Marak?

Jangan risih jika berbeda, tapi waspadalah jika semua terlihat sama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mandalika dan Momentum Introspeksi

22 November 2021   16:14 Diperbarui: 22 November 2021   17:09 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan untuk Rakyat, Bukan Pemenuhan Ambisi

Cerita Mandalika yang dibumbui kepongahan dan berujung pada rasa malu memang bukan hal baru. Bumbu penyedap ini juga pernah terjadi dalam perhelatan Asian Games 2018. Gegap gempita pesta olah raga benua Asia ini dibumbui dengan berbagai pencapain pemerintah di bidang pembangunan infrastruktur, salah satunya Light Rail Transit (LRT) di Palembang.

Tidak tanggung-tanggung, proyek ini dibangun dengan menelan biaya sebesar Rp 12,5 triliun. Tapi bagaimana nasibnya kini? Kemegahan itu berubah menjadi gerbong-gerbong "hantu" sepi penumpang. Seolah dalam pembangunannya, pemerintah hanya mengejar pemenuhan ambisi tanpa melalui Feasibility Studi (FS) yang mumpuni.

Mangkrak atau mubazirnya pembangunan juga bisa kita lihat dalam pembangunan Bandara Kertajati, Jawa Barat. Alih-alih menghasilkan profit; dengan menyandang predikat bandara terbesar kedua setelah Soekarno-Hatta, bandara ini justru mengakali berbagai cara untuk menutupi defisit biaya operasional; mulai dari mematikan AC hingga menjadikan bandara sebagai lokasi foto prewedding dan sejenisnya maupun video shooting dengan tarif bawah sebesar Rp 500 ribu.

Tentunya siapa pun kita pasti sepakat dengan pembangunan infrastruktur yang memberikan kemudahan akses dan konektivitas, serta menunjang pemerataan ekonomi di daerah-daerah maupun nasional. Meski demikian, dalam konteks pembangunan, ambisi tidak boleh melebihi fungsi. Pembangunan infrastruktur harus tetap berdasarkan studi kelayakan untuk menimbang aspek ekonomi dan sosial, agar infrastruktur yang dibangun tepat sasaran.

Semoga beberapa pembangunan yang terlanjur "mubazir" dan sirkuit Mandalika yang bertaraf internasional; tapi berkubang dan kebanjiran, bisa menjadi evaluasi sekaligus introspeksi diri bagi pemerintah hari ini. Sudah waktunya pembangunan dinikmati oleh rakyat sendiri, bukan sekedar ambisi pemimpin negeri yang terobsesi meninggalkan legacy tapi tak memberi arti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun