Lebih tajam menghujam, Cak Nun melalui tulisannya berjudul "Ular-ular Sihir Nasional" mengatakan, "Indonesia mengalami evolusi, sampai penyempurnaan dibanding era Fir'aun. Raja mesir ini hanya memerintahkan pembunuhan dan pemusnahan  atas bayi lelaki, Indonesia menyebarkan kekuatan yang mengebiri kejantanan, memusnahkan keksatriaan, melecehkan sportivitas, melecehkan objektivitas dan mengubur harga diri bangsanya sendiri".
Kemuraman yang ditunjukkan para pelaku seni budaya hari ini harus menjadi lampu kuning penguasa. Sebab, kuasa dan kemampuan yang dimilikinya dapat menyentuh perasaan dan kesadaran insan manusia.
Seni budaya membebaskan kesadaran dari segala belenggu mental menghamba (inferior), mental penakut, mental penurut-pengikut (follower), mental sungkan, mental masa bodoh (apatisme), mental permisif-tidak berdaya kritis, dan lain-lain. Jika kesadaran kritis telah dibebaskan dari segela belenggu dominasi, maka segala rupa perlawanan dan skema solusi alternatif lebih mudah dioperasikan.
Jadi, waspadalah. Ketika kedigdayaan seni persis hadir melalui para seniman, budayawan, dan sastrawan, melalui karya-karyanya, sebuah perlawan yang membebaskan biasanya menguntit di belakangnya. Semoga republik segera berbenah dan kita terhindar dari porak poranda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H