Mohon tunggu...
MultiNugraha
MultiNugraha Mohon Tunggu... -

"Do what you can, with what you have, where you are" ~Theodore Roosevelt

Selanjutnya

Tutup

Healthy

HIV/AIDS: Ayo Kita Lawan Bersama

1 Desember 2015   06:46 Diperbarui: 1 Desember 2015   08:20 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome or Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia yang terinfeksi.

HIV dapat ditemukan pada cairan tubuh seseorang yang terinfeksi seperti (sperma, cairan vagina, darah, dan ASI). Virus ini dapat tertular melalui hubungan darah-darah (pemakaian jarum suntik secara bergantian, tranfusi darah, dll.) ataupun seksual (vaginal, oral, maupun anal). Cara penularan lainnya seperti wanita yang sedang hamil dapat menularkan virus HIV-nya kepada janin yang sedang dikandungnya, saat proses kelahiran, atau melalui ASI.

HIV pertama kali terindentifikasi dan terdiagnosis pada tahun 1980-an di daerah Afrika. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan hanya ditujukan untuk melambatkan progresifitas dari penyakit.

Apa itu HIV/AIDS ?

HIV adalah virus yang menyerang T cell immune system dari seseorang

AIDS adalah suatu sindrom terminal dari infeksi HIV

HIV adalah virus sedangkan AIDS merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala

HIV/AIDS di Indonesia

Secara global, infeksi HIV/AIDS mengalami penurunan. Semua ini dikarenakan oleh intervensi yang menyebabkan perubahan pola komunikasi, pemakaian kondom, pencegahan transmisi dari Ibu-Anak, kampanye khitan dan pencegahan lainnya. Infeksi HIV baru sudah menurun dalam satu dekade terakhir. Tahun 2013, infeksi HIV dunia mencapai 2,3 juta. Mengalami penurunan sebanyak 33% sejak tahun 2001.

Sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 sampai dengan Desember 2013, HIV tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Bali adalah provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS.

Setiap 25 menit di Indonesia, satu orang akan terinfeksi HIV. Satu dari lima orang yang terinfeksi berusia di bawah 25 tahun. Proyeksi Kementerian Kesehatan Indonesia memperlihatkan, tanpa adanya percepatan program pencegahan HIV, lebih dari 500.000 orang Indonesia akan positif terinfeksi HIV pada tahun 2014. Papua, Jakarta dan Bali yang berada paling depan dalam tingkat penyebaran kasus HIV baru per 100.000 orang. Jakarta memiliki angkat terbesar untuk kasus baru pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.012 kasus.

Cara Penyebaran HIV/AIDS

HIV merupakan suatu retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang terinfeksi. Progresifitas virus ini berbeda pada tiap-tiap orang. Beberapa faktor yang berpengaruh seperti (usia penderita, kemampuan tubuh penderita melawan virus ini, akses kepada fasilitas kesehatan, adanya infeksi lain yang menyertai).

HIV dapat tertular melalui:

• Sexual transmission. Oral, anal, maupun vaginal. Hal ini dapat dikurangi penularannya dengan menggunakan kondom saat berhubungan intim.

• Perinatal transmission. Seorang ibu dapat menularkan virus ini kepada anak yang sedang dikandungnya, ketika proses kelahiran, atau melalui ASI

• Blood transmission. Pemakaian jarum suntik secara bergantian, transfusi darah, tatto, dll.

Virus ini tidak dapat tertular dengan:

• Berjabat tangan
• Berpelukan
• Bersin
• Pemakaian toilet bersama
• Pemakaian handuk bersama
• Pemakaian sendok, garpu, dan alat makan lainnya
• Dll.

Tanda dan Gejala HIV dan AIDS

Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama (early stage) adalah serokonversi. Tahap kedua (asymptomatic stage) adalah masa ketika tidak ada gejala yang muncul. Dan tahap yang ketiga (last stage) adalah infeksi HIV berubah menjadi AIDS.

Early stage HIV

Pada tahap ini penderita akan mengalami gejala seperti penyakit flu. Tahap ini dapat berlangsung hingga 4 minggu

• Demam
• Pegal-pegal
• Sakit tenggorokan
• Keringatan (biasanya terjadi pada malam hari)
• Pembesaran kelenjar getah bening
• Bintik-bintik merah
• Cepat lelah
• Berat badan turun

Asymptomatic stage

Pada tahap ini gejala yang terjadi pada tahap pertama akan hilang. Penderita akan merasa bahwa ia sedang sehat-sehat saja. Namun pada fase inilah virus sedang berkembang dan secara bertahap merusak sistem kekebalan tubuh penderita. Tahap ini dapat terjadi hingga 10 tahun kedepan setelah selesainya tahap pertama.

Late stage (AIDS)

Pada tahap ini sistem kekebalan tubuh penderita sudah lemah dan sangat mudah untuk terkena infeksi dari luar

• Diare kronis
• Batuk kering
• Demam
• Keringat malam hari
• Merasa lelah terus menerus
• Nafas pendek
• Berat badan turun secara drastis
• Candidiasis (jamur pada mulut). Ditandai dengan      ditemukannya bercak-bercak putih pada mulut maupun lidah  penderita,

Pada tahap ini dapat terjadi penyakit penyerta yang dapat membahayakan nyawa penderita, seperti:

Esophagitis (peradangan pada esofagus)

Meningitis (radang selaput otak) atau encephalitis (radang otak)

Pneumonia (infeksi pada parenkim paru-paru)

Tuberculosis (infeki paru yang disebabkan oleh bakteri tahan asam mycobacterium tuberculosa)

Diagnosis HIV/AIDS

Melakukan Tes HIV/AIDS

Untuk menguji apakah kita terinfeksi HIV, satu tes yang paling umum adalah tes darah. Darah akan diperiksa di laboratorium. Tes ini berfungsi untuk menemukan antibodi terhadap HIV di dalam darah. Tapi tes darah ini baru bisa dipercaya jika dilakukan setidaknya sebulan setelah terinfeksi HIV karena antibodi terhadap HIV tidak terbentuk langsung setelah infeksi awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu sekitar dua minggu hingga enam bulan, sebelum akhirnya muncul di dalam darah.

Masa antara infeksi HIV dan terbentuknya antibodi yang cukup untuk menunjukkan hasil tes positif disebut sebagai “masa jendela”. Pada masa ini, seseorang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus ini, meski dalam tes darah tidak terlihat adanya antibodi terhadap HIV dalam darah.

Sebelum seseorang diberikan diagnosis yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali tes untuk memastikan. Hal ini dikarenakan masa jendela HIV cukup lama. Jadi hasil tes pertama yang dilakukan belum tentu bisa dipercaya. Lakukan tes beberapa kali jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV.

Jika dinyatakan positif HIV, beberapa tes harus dilakukan untuk memerhatikan perkembangan infeksi. Setelah itu barulah bisa diketahui kapan harus memulai pengobatan terhadap HIV.

Tempat Melakukan Tes HIV/AIDS

Ada beberapa tempat untuk melakukan tes darah HIV. Bahkan, beberapa puskesmas juga sudah menyediakan layanan untuk tes HIV.
Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:

 Komunitas AIDS Indonesia
 ODHA Indonesia
 Himpunan Abiasa
 Yayasan Spiritia
 Yayasan Orbit

Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Anda bisa berkonsultasi kepada mereka tentang segala hal yang berhubungan dengan HIV/AIDS.

Sekarang alat tes HIV untuk di rumahan juga tersedia bebas untuk dibeli di apotik, klinik kesehatan, atau melalui daring internet. Tapi untuk lebih jelas dalam memahami virus ini, disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter.

Jika berminat melakukan tes HIV, sebelumnya akan diberikan penyuluhan atau konseling. Tes HIV tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.

Pengobatan HIV/AIDS

Pengobatan HIV/AIDS bukan ditujukan untuk menyembuhkan melainkan hanya untuk memperlambat perkembangan penyakit serta memperbaiki kualitas hidup penderita. Saat ini belum ada/ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini.

Obat-obatan Darurat Awal HIV

Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3×24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis(PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.

Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik.
Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama seperti pada orang yang sudah dites positif HIV.

Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di rumah sakit.

Hasil Tes Positif HIV

Hasi tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.

Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 dalam darah. Sel CD4 adalah sel yang bertugas untuk melawan infeksi.

Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga menjadi lebih kecil.

Keterlibatan Penyakit Lain

Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan ketika angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan angka CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain seperti TB, penyakit ginjal, dan penyakit otak.

Obat-obatan Antiretroviral

Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan.

Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.

Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.

Jika menggabungkan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV, hal ini bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.

Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil

Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal.

Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar.

Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.

Konsumsi Obat Secara Teratur

Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.

Efek Samping Pengobatan HIV

Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:

 Kelelahan
 Mual
 Ruam pada kulit
 Diare
 Dll.

Pencegahan HIV/AIDS

• Hindari hubungan seks tanpa pengaman. Hal ini dapat dilakukan dengan pemakaian kondom saat berhubungan intim. Selain itu penggunaan lubricant atau pelumas saat berhubungan.

• Hindari penggunaan jarum suntik bersama

• Hindari masuknya darah. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan safety equpment saat bekerja. Terutama untuk tenaga medis, hal ini sangat disarankan mengingat mereka bekerja pada tempat yang infeksius.

• Kehamilan. Dengan berkonsultasi kepada dokter, mendiskusikan rencana pengobatan HIV/AIDS kedepan. Operasi caesar dapat menurunkan penularan penyakit ini pada proses kelahiran.

• Pemberian ASI lebih dari 6 bulan disertai dengan obat antiretroviral dapat membantu mencegah penularan penyakit ini pada anak.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun