Padahal urusan timbang menimbang bagasi itu jelas-jelas adalah kewenangan pihak maskapai bukan otoritas kemenag, amirul hajj yang harusnya mengawasi kesiapan Petugas Ibadah Haji malah blusukan mengawasi pengepakan bagasi ke pemondokan Jemaah seakan-akan menag ini petugas timbang bagasi maskapai.Â
tapi lagi-lagi inilah modus demi kemungkinan dan peluang meraup  dollar dan riyal bagi oknum-oknum kemenag yang memanfaatkan hysteria dan keluguan Jemaah haji, dengan mengeluarkan aturan tidak boleh ada tas tambahan selain bagasi, dan hanya baju dibadan menuju Jeddah, ini sudah cukup membebani dan mengalihkan perhatian Jemaah dari persiapan menyambut ritual haji di masyaril haram berubah menjadi hysteria penerapan ketatnya aturan timbangan Bagasi !!!.
padahal harap dicatat lagi, pengangkutan bagasi dari kamar-kamar pondokan atau hotel Jemaah dilakukan semuanya oleh pihak Muassasah hingga ke bandara bukan oleh Kelompok Kementerian Agama. Besarnya Kewenangan Pihak Muassasah ini  oleh Pemerintah Arab Saudi sampai-sampai bisa menunda rombongan menuju Jeddah atau menunda  Pesawat  untuk terbang apabila ada pertimbangan, misalnya masih ada Jemaah yang hilang atau kurang.
Ketiga, Himbauan Salah sasaran Lukman Saefuddin dan kelompoknya
Sebetulnya ada tiga terowongan menuju Jamarat, khusus untuk Indonesia disediakan dua terowongan baru dan terowongan yang satu lagi adalah terowongan lama diperuntukkan bagi jamaah dari luar Asia Tenggara. Jamaah haji Indonesia akan menggunakan jalur baru yang dilengkapi lintasan berjalan (eskalator) dan kipas pendingin untuk menuju jamarat di Mina, Arab Saudi. Petugas haji Indonesia hanya bergerombol dijalur aman ini dan lalai mengantisipasi jalur lain yang rawan dilewati Jemaah tersesat.
Jalur yang dipakai jamaah haji Indonesia untuk menuju lokasi prosesi pelontaran jumrah itu melalui jalur yang modern, Muaisim. jalur ini agar para jamaah tidak merasa keletihan berlebih. Jalur ini menggunakan eskalator agar jamaah tidak capek atau lelah. Eskalator-eskalator itu ditempatkan bervariasi—berselang-seling—dengan jalur biasa.
 kelalaian lukman saefuddin  sebagai amirul Haj bersama kelompok PPIH Kemenag dalam musibah ini. Konon menurut pengakuan mereka sendiri, mereka, telah  memberikan himbauan dan konferensi pers, padahal Jemaah tidak sempat nonton TV atau Baca Koran, himbauan lukman yang seharusnya ditegaskan, dipastikan kepada petugas haji bukannya malah bebani  ke Jemaah,  himbauan ini agar petugas Haji ini mengawasi  jalur-jalur berbahaya ini tidak dilalui oleh Jemaah tersesat.
( ini contoh himbauan pasca  Mina >>>>> Menteri Agama Minta Jemaah Haji Indonesia Lontar Jumrah Sesuai Jadwal
harus dipahami bahwa pelayanan kerajaan Arab Saudi telah menugaskan Muassasah untuk melayani seluruh kebutuhan Jemaah haji, masing-masing Negara atau kawasan memiliki pelayan yang siap sedia dan siaga   24 jam sehari semalam untuk semua keperluan Jemaah haji, tersedia layanan hingga kesehatan, mulai penjemputan  kedatangan, pelaksanaan Ibadah haji di Masyaril Haram hingga kepulangan. Â
Itu artinya, bagi pemerintah atau panitia masing-masing Negara tidak perlu lagi ikut-ikutan dalam persoalan tekhnis pelayanan apalagi  jaminan keselamatan, segala permintaan Jemaah apalagi kebutuhan pemerintah terkait pelayanan selama di arab Saudi akan diberikan oleh pihak muassassah,  karena muassasah dipastikan dimintai  bertanggungan  jawab kepada pihak kerajaan khususnya kementerian haji Saudi Arabia, manakala ada laporan ataupun complain, jangankan dari pemerintah, dari person Jemaah saja sudah cukup membuat muassasah ketakutan akan sanksi berat kerajaan.