Mohon tunggu...
Em Ridha
Em Ridha Mohon Tunggu... -

Pemungut Ide. masih Memimpikan Pancasila sebagai Resolusi Berbangsa dan Bernegara Founder KITRA TNI POLRI @Kitra_indonesia Pusaka Indonesia Email: Kitra@gmail.com Cp.081213564764 BBM: 5D4F5C3F

Selanjutnya

Tutup

Politik

Inilah Pesan Singkat Tragedi 204: Mina

11 Oktober 2015   06:08 Diperbarui: 11 Oktober 2015   15:38 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu keluar terowongan, jamaah langsung diarahkan menuju Jamarat dan sebagian harus siap kena paparan sinar matahari karena ada bagian yang tidak dilengkapi peneduh. Pada Jamarat sudah diatur arus jamaah hanya satu arah sehingga tidak mungkin jamaah yang sudah melempar jumrah terakhir tidak mungkin kembali ke jamarat pertama. Jaraknya sekitar 3  kilometer. Jalur ini khusus dipakai oleh jamaah Asia Tenggara.  Malah Disinilah TPIH bergerombol dan terfokus dimana  justru di jalur yang relative terjamin dan  aman

Sementara Terowongan lama inilah yang banyak cabang jalan  berpotensi membuat jamaah tersesat. jalur inilah yang luput penjagaan dan diawasi oleh Petugas Haji Kementerian Agama sehingga lolos  dilalui oleh Ratusan Jemaah haji Indonesia yang tersesat lalu  akhirnya terjebak, terbawa arus persis menuju jalan 204.

Disinilah kelalaian lukman saefuddin  sebagai amirul Haj bersama ribuan personil PPIH Kemenag dalam musibah ini. Sebelumnya Oknum-oknum ini Sebatas memberikan himbauan dan konferensi pers agar jemaah mematuhi jadwal melontar, padahal Jemaah tidak sempat nonton TV atau Baca Koran, himbauan kategori kosong lukman ini karena tanpa dibarengi penempatan petugas untuk mengawasi  jalur-jalur berbahaya.  Padahal arab Saudi sudah menyokong dengan semua fasilitas serba modern dan kemudahan agar pemerintah Indonesia dapat lebih mudah melayani jemaahnya sendiri.

jangankan Jemaah yang kebingungan di Mina, Petugas haji kemenag pun kebanyakan  linglung dan bingung, karena mayoritas Petugas haji ini juga baru kali pertama kali menginjakkan kaki di Mina, ini semacam :  seperti orang buta memandu orang buta. Maka jangan heran,  kalau ada petugas haji juga turut menjadi Syuhada dalam peristiwa ini.  

Padahal untuk konteks daerah mina,  tugas PPIH Kemenag adalah mengawasi Jemaah agar taat pada jadwal dan jalur melontar yang sudah ditetapkan arab Saudi untuk setiap negara,  nah seperti pada umumnya dari ratusan ribu, tidak semua Jemaah Indonesia yang perlu perlakuan khusus  hanya segelintir Jemaah haji Indonesia, mereka  ini seperti anak kecil  di jalan raya belum tahu bahaya.

karena ketidaktahuan mereka akan daerah atau medan  dan jalur-jalur di mina mesti terus dipandu, dipantau dan didampingi dan diantisipasi oleh PPIH kemenag di titik-titik tersebut. karena jutaan manusia yang ada disaat yang sama  maka PPIH  harusnya sadar,  hanya perlu mengawasi  jalur tersesat menuju arah berbahaya  bukannya memantau Jemaah  orang-perorang dan jumlah manusia yang ada di mina. jatuhnya ratusan korban ini hanya karena  tersesat membuktikan jika  PPIH kemenag lebih memilih mengurusi dan pantau Jemaah di zona aman dibanding mengantisipasi  dijalur rawan dilewati Jemaah tersesat menuju daerah berbahaya.

Hal ini bisa dibuktikan dari penentuan tujuh  pos-pos pengawasan PPIH Kemenag setiap musim haji  hanya berada dijalur-jalur resmi,  memang sudah diperuntukan bagi Jemaah Indonesia bukannya  titik rawan yang dilalui oleh Jemaah tersesat,  Tujuh pos itu antara lain adalah Pos Muaisim I yang akan dilalui jamaah haji Indonesia saat berada di Mina Jadid, Pos Muaisim II di mulut Terowongan Muaisim, Pos Muaisim III di dekat Jembatan, Pos Jamarat I, Jamarat II dan Jamarat III, dan Pos Aziziyah yang mengarahkan jamaah melakukan tawaf ifadhah di Masjidil Haram.jadi sejak awal  Tidak ada pos untuk titik atau jalur alternative guna menjaga kemungkinan adanya Jemaah tersesat. Untuk jalur aman kenapa lagi harus focus di awasi mestinya yang dipantau  jalur yang berpotensi menyesatkan Jemaah dan  berbahaya.

 Alasan keterbatasan  personil untuk Melayani dan mengatur seluruh 170 ribuan Jemaah haji oleh petugas haji yang jumlahnya ‘ hanya” 1700  orang, 1 banding seratus perjemaah, mungkin agak logis, tapi untuk insiden Mina tidaklah demikian, karena jumlah  Jemaah haji yang “kurang disiplin” dan butuh perhatian khusus hanya segelintir Jemaah, lolosnya ratusan Jemaah bergerak ke pelontaran diluar jadwal bagi Indonesia tentu tidak bisa diterima begitu saja sebagai bentuk ketidak disiplinan atau pemahaman yang salah dari Jemaah, lalu menuduh Jemaah dan arab Saudi sebagai pihak yang bertanggung jawab.

 Faktanya,  kontribusi kelalaian kemenag sangat berpengaruh atas jatuhnya korban ratusan Jemaah haji Indonesia.  PPIH Kemenag kalau memang serius mau bekerja, cukup menempatkan petugas di jalur rawan sangat efektif selamatkan Jemaah tersesat. Kesan kurang hati-hati dan waspada  lukman saefuddin jelang pelaksanaan ritual lontar jumrah  dan hanya mengandalkan mental penyakit bawaan birokrat PPIH Kemenag :  asal menteri senang,  akibatnya sikap dan prilaku  mereka ini tidak bisa menyembunyikan fakta bagaimana mereka melalaikan  tanggung jawab atas keselamatan Jemaah haji. 

Petinggi Kementerian Agama yang sudah puluhan tahun menghadapi  pelaksanaan haji sangat paham,  bahwa Jemaah haji Indonesia ini patuh dan mudah diatur, kalau sejak awal petugas Kemenag sudah ditempatkan pada jalur-jalur atau simpul alternative jalan yang rawan dilalui Jemaah Indonesia tentunya tidak perlu mengawasi Jemaah orang perorang atau person per person, kalau TPIH  kemenag memang profesional tentu mengerti jika menjaga dan mengawasi jalur –jalur alternative ini sudah cukup efektif menjaga keselamatan segelintir Jemaah Indonesia, kelalaian lukman sebagai amirul Hajj dan PPIH kemenag menjaga jalur perlintasan inilah yang harus dibayar mahal dengan jatuhnya korban Jemaah haji Indonesia.

Area perkemahan Jemaah haji Indonesia di mina agak terisolir, untuk menuju jamarat dari  dari area tersebut Jemaah sangat sulit dan jaraknya yang jauh, karna hanya punya beberapa simpul jalur, dari tiga yang dilalui, sementara   jalur yang rawan tersesat dan bercabang hanyalah di terowongan mina lama :  inilah yang harusnya  dijadikan PPIH Kementerian Agama sebagai pusat  pengawasan, menempatkan ratusan petugas haji, sebab Arab Saudi sudah menyediakan  terowongan khusus untuk Jemaah Indonesia,  tidak hanya aman tapi juga “lux” karena  dijejajli dengan escalator menuju lantai 3  jamarat yang juga diperuntukan untuk Negara-negara asia, sehingga walaupun melontar diluar jadwal Jemaah Indonesia tetap akan aman karena daya tampung jamarat hinga 5 juta orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun