Mohon tunggu...
Em Ridha
Em Ridha Mohon Tunggu... -

Pemungut Ide. masih Memimpikan Pancasila sebagai Resolusi Berbangsa dan Bernegara Founder KITRA TNI POLRI @Kitra_indonesia Pusaka Indonesia Email: Kitra@gmail.com Cp.081213564764 BBM: 5D4F5C3F

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hercules adalah Kita ; Mitos Negeri Kaya Berlimpah

6 Juli 2015   23:41 Diperbarui: 6 Juli 2015   23:41 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemenangan bangsa ini untuk memilih nawa cita bukanlah pilihan magis, tapi sebagai pilihan transedental warga Negara, ekspektasi dan kesadaran kritis warga Negara pada  sosok jokowi yang dapat mengakhiri pemerintahan primitive secara sistematik dan mengorganisir pemerintahan tidak lagi menjebak keluarga besar bangsa ini pada duka lara dan  pasrah pada ‘mitos teknologi  usang dan tatanan sampah yang cenderung jadi tunggangan ‘aliansi kapitalis domestik’ dimana kekayaan mereka tidak sedikitpun berperan menjaga kehormatan negara, sangat miskin getaran kemanusiaan dan nasionalismenya.

Akhirnya, secara teologis maka  ritual puasa ,merupakan pilihan bebas dari manusia yang serba mampu,  memilih dari semua sarana yang tuhan berikan untuk melatih diri dengan kesederhanaan dan kelaparan agar menumbuhkan solidaritas  kemanusiaan, puasa sebagai momen pembelajaran oleh tuhan, dapat  terpatri langsung dalam setiap mindset, prilaku dan tindakan;  bukan sebaliknya, menjadikan kesederhanaan hidup untuk menutup akses warga pekerja menikmati pilihan bebas dari kemapanan hidup.  Kemiskinan sebagai pemicu bencana tidak boleh lagi hanya jadi diskursus insidentil apalagi jadi alat politis murahan dan moment birokrasi lagi-lagi garong anggaran.

Sebagaimana tafsir nawa cita hanya menaikkan tunjangan 50% bagi TNI Polri mengindikasikan masih kuatnya paham  gnostik atau sufisme pemenerintahan sebagai paham pembodohan,  dimana  Tuhan dan teks-teks kesederhanan dipakai untukk eksploitasi warga negara dan melanggengkan praktek diskriminasi yang berujung pemiskinan dan bencana kemanusiaan, indikasi mahalnya biaya menjaga kelestarian budaya yg telah menjadi ciri utama keluarga besar ini, budaya besarnya masih eksis dibangun mencakup pelibatan biaya materi, kesadaran transendental dan murni oleh nenek moyang keluarga indonesia sebagai warisan buat anak cucunya, tidak mungkin didekati oleh pemerintah sebatas logika dan mitos ekonomi impor dengan dibumbui limbah teknologi usang. 

 #SaveOurHeroes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun