Mohon tunggu...
Dristy Aulia
Dristy Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

generasi anti sensasi, kejar prestasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Misteri Rumah No 13

11 Januari 2022   09:17 Diperbarui: 11 Januari 2022   09:45 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barulah setelah Alex menenangkan dengan pelbagai upaya cara mengatasi rasa takut kedua anak-anaknya, pintu dan jendela dapur dibuka dan sebentar-sebentar mereka membuang muka demi meredakan trauma berkepanjangan. Alex tak sampai hati melihat anak-anaknya mendapati tekanan hebat seperti itu. 

Ada niat untuk membawa mereka menemui psikiater. Namun malam harinya, ketika niat itu dinyatakan, kedua anak-anak itu menolaknya dengan nada lembut. 

Mereka tidak merasa gila apalagi tertekan atas penemuan mayat itu---dan itu baik-baik saja. Yang mereka pikirkan hingga membuat enggan memandang halaman belakang adalah; mengapa mayat yang sudah tak berkepala itu bisa tergeletak di halaman rumah belakang. Itu sangat tidak wajar. 

Alex adalah lelaki yang banyak mengejutkan banyak orang---dan kejutan adalah kesenangan yang bagus untuk kesehatannya. Ia berani menyatakan kehendaknya pada siapapun dan tak peduli akan akibatnya. 

Dengan sentuhan rambutnya yang keriting didukung dengan wajahnya yang bulat, senantiasa ada penegasan terhadap mereka yang mengamatinya dengan seksama. Selalu tersimpan rasa kasihsayang yang mendalam terhadap keluarganya.

Menurut Alex---dan ini bukan dugaan semata---atau memang selanjutnya disebut kecurigaan, pagar yang menjadi pelindung halaman rumahnya itu,  diperkokoh oleh batubata dengan tinggi mencapai empat meter. 

Kedua, di sisi luar halaman belakang rumah mereka, terdapat beberapa rumah tetangga yang dapat memantau dengan jelas bila memang ada orang jahat yang sengaja membuang mayat hasil pembunuhannya di halaman belakang rumahnya. Itu sungguh tidak wajar mengingat selama ini keluarga Alex terkenal dengan kesantunannya. 

Mereka tidak memiliki musuh sama sekali. Hal itu diperjelas dengan pengakuan para tetangga sekitar, ketika petugas polisi meminta keterangan mereka perihal keseharian Keluarga Alex.

Lisa dan Lesi. Mengakui ketakutan yang dirasakan ayahnya. Menurut mereka, tinggal di rumah yang baru saja ditemukan mayat tanpa kepala, sungguh mengerikan dan tak akan asing lagi bagi hantu-hantu jahat untuk mendatangi rumah mereka. 

Konon, bila rumah itu pernah ada peristiwa pembunuhan, maka para makhluk tak kasatmata memusatkan kiblatnya untuk bersemayam di rumah itu dan mencari kesepakatan dengan penghuni rumah agar bersedia membagi ruang, sekadar untuk melakukan ritual masing-masing. Jarang ada manusia yang mau membagi tempat tinggal demi kepentingan makhluk-makhluk alam lain. Itu sama saja membagi sial---dan sial itu busuk dan haram.

Tapi Alex segera menenangkan Lisa dan Lesi melalui telepon, "Kalian pulang sekarang. Ayah akan menyuruh paranormal untuk mengusir hantu-hantu yang berdatangan ke rumah ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun