Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komite SMA3 Bahas RKAS, Kang Emil di Bully

17 November 2022   16:19 Diperbarui: 18 November 2022   06:24 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kang Emil dan penulis (foto koleksi)

Di sekolah gubuk apung itu, ada bangunan dari bambu sebagai tempat serbaguna di atas gelombang ombak ilalang yang tiada henti bergerak saat tertiup angin. Keindahan suasana Gubuk Apung ini, sangat kontras sekali dengan kondisi lingkungannya yang diapit stasiun kereta listrik yang megah berdekatan dengan RS Hermina yang menjulang tinggi. Kolam renang exekutif dan bangunan SMK Pariwisata yang sedang dibangun tepat di samping SMA yang sedang menunggu kabar baik itu.

Ketika sudah diluncurkan Pergub Jawa Barat bernomor : 44. Napas begitu lega karena suasana masyarakat sekolah  mulai ada harapan besar, untuk mengubah kondisi belajar siswanya. Namun kondisi itu, tidak lama, harapan besar demikian, terpuruk kembali. Karena viralnya video yang di share pelaku kontrol sosial di atas. Memang terdengar  ada suara dukungan dari sebagian kecil masyarakat yang beranggapan jika ada undangan dari sekolah pasti UUD.  Padahal seharusnya tidak selalu demikian. Banyak sekolah sudah melakukan pertemuan dengan orangtua siswa hanya sosialisasi program saja. Dan banyak sekali yang melakukan hal demikian, selama menunggu SK Gubernur, saat itu.

Proses menunggu lahir SK Gubernur memang melelahkan, akhirnya lahir juga. Sayangnya begitu lahir, langsung ditarik kembali untuk di revisi.  Dan ketika revisi itu usia kini malah ternodai oleh berita yang seolah-olah dibuat miring itu. Karena  viralnya gambar dalam video dengan narasi sepihak. Tentu saja  sangat tidak berimbang dan merugikan dunia pendidikan yang lebih luas.  Sementara pengelola pendidikan sedang berupaya meningkatkan kompetensinya, tiba-tiba mencuat berita miring yang meruntuhkan idealisme dan ambisi mengejar mutu. Padahal  persaingan global di dinia pendidikan sedang berkecamuk.

Dunia pendidikan itu, sudah sepakat bahwa  kontrol sosial itu begitu penting kehadirannya. Sekolah sebagai tempat digodoknya para calon intelektual memerlukan kontrol yang membangun. Untuk lahirnya peradaban yang membawa bangsa ini lebih maju. Untuk itu, arah  kontrol sosial hendaknya menuju ke kualitas pendidikan yang menyeluruh,  untuk jayanya NKRI ke depan. Jangan sampai orang berduit di negeri ini tergiring menyekolahkan anaknya di luar negeri dengan biaya super mahal. Padahal ideologi yang diusung pengelola pendidikan negara lain itu, tidak menyentuh pendidikan moral pancasila. Karena sekolah di luar negeri itu, milik orang yang tentu saja punya kepentingan bagi pemiliknya.

Usut punya usut, berita viralnya video dugaan pungli di salah satu SMA itu, berasal dari komentar di video. Diduga gambar diambil saat pemaparan program oleh Komite SMA3 Kota Bekasi. Potongan video yang menayangkan gambar diagram presentasi di layar LCD ditonton peserta rapat yang duduk dengan tenangnya. Video berdurasi  beberapa detik itu, dikomentari nada provokasi, dengan suara agak keras. Tentu saja video itu setelah di share ke twiter Kang  Emil, mendapat  komentari ratusan pembaca. Bahkan nyaris tragis untuk mayoritas sekolah yang sedang mempersiapkan rapat komite.

Komentar pro dan kontra itu  pada mulanya memojokan SMA3 Kota Bekasi, lalu merembet ke kondisi di luar Bekasi bahkan lintas provinsi. Akhirnya kini mulai banyak yang memojokan Buya Eson @emerson_yuntho si pengunggah. Bahkan twiter Kang Emil sempat dibanjiri bantahan para orangtua dan masyarakat yang rindu kemajuan pendidikan. Saking maraknya, hingga ada yang share video tandingan mengkritik pengunggah video itu. Tampaknya pengunggah video begitu sibuk menangkap bantahannya. Tentu saja saling bantah demikian cukup mencerdaskan bangsa. Penulis menilai hal ini bernilai positif. Dengan terjadilah tukar menukar informasi yang banyak menggarisbawahi berita bantahan dari pihak SMAN3 Kota Bekasi. Masyarakat jadi paham tentang duduk perkaranya.

Kontrol sosial itu, pekerjaan sangat mulia. Maka sebaiknya kontrol sosial demikian  disampaikan secara lebih berimbang saja. Sebab dapat diakui pula oleh sebagian masyarakat luas dalam segi manfaatnya. Terutama tentang nilai positif dari peristiwa ini. Diantaranya, ada kesempatan luas bagi pengelola  sekolah swasta untuk berbenah, agar masyarakat tidak fokus menyekolahkan anak ke sekolah berlabel nnegeri. Semakin terus menerus sekolah negeri di guncang-guncang, maka ada kesempatan bagi sekolah swasta untuk berbenah. Walau secara  persaingan global, mutu pendidikan secara nasional tentu sangat terganggu. Dikala pemerintah belum sanggup membiayai secara penuh.  Pendidikan itu akan tetap maju jika ada peranan keluarga,  pemerintah  dan peran masyarakat.

Jika orangtua siswa ingin membangun pendidikan untuk anak dan keluarganya, percayakan pada ahlinya.  Tentu para ahli pendidikan itu perlu koreksi dari pelaku kontrol sosial yang beradab. Jika pelaku sulit diberi masukan, mungkin tidak ada jalan lain selain merobohkan bangunan ? Bangunan peradaban berupa tatanan sopan santun sebagai budaya kita. Tentu saja harus ada bukti memadai. Karena pengelola pendidikan yang penulis kenal mereka sangat menjunjung etika. Sangat jauh dari peristiwa yang kita temui di terminal angkutan umum. Ketika kontrol sosial menerapkan strategi yang sama antara  di terminal dan di dunia akademisi, maka akan lahir do'a orang-orang teraniaya.

Ketika bangunan mutu sekolah negeri terpuruk karena pemerintah belum mampu membiayai pendidikan seluruhnya. Dan peluang  peran serta masyarakat dalam bidang pembiayaan terganjal. Jangan khawatir, mungkin bisa lewat sekolah swasta yang punya konsep jelas dan terarah seperti konsep sekolah negeri idamannya itu. Orangtua siswa dapat berkarya untuk kemajuan dunia pendidikan lewat sekolah swasta tempat anaknya belajar. Dikala sekolah negeri sedang tidak stabil suhu pendidikannya, semoga sekolah swasta bisa berkembang. 

Mungkin koflik  di atas antara pelaku  kontrol sosial dan  pengelola pendidikan, masih ada khikmah yang bisa diambil oleh kedua belah pihak. Kontrol sosial itu begitu penting, untuk masyarakat luas. Akan lebih elok jika  pelaku kontrol sosial mengambil sikap yang berbeda ketika berhadapan dengan dunia pendidikan. Dunia pendidikan itulah yang pernah mengajari kita semua membaca dan menulis, bahkan mengajari moral untuk saling tolong menolong.   Termasuk Kang Emil bisa jadi Gubernur Jawa Barat karena peran serta dunia pendidikan. Sebaiknya kita semua harus penuh adab ketimuran, dalam mengkritisi dunia pendidikan. Walau kontrolnya kini terlanjur kurang bernurani seperti kisah di atas, semoga kedua belah pihak saling memperbaiki diri dan saling memaafkan. Pelaku kontrol sosial juga manusia  biasa yang bisa khilaf. Wallohu alam (DN).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun