Anehnya, banyak warga yang pernah memergoki pelaku kejahatan, dengan ciri-ciri yang sama.  Tapi belum pernah ada laporan pelakunya tertangkap. Padahal sering kepergok masa. Mungkin dengan adanya "Pesta Ruwatan" ikatan kekeluargaan itu diharapkan  lebih dekat lagi  bahkan erat. Keamanan setempat bisa lebih ditingkatkan. Walau realita kejahatan di lokasi ini seperti itu. Patut di syukuri di wilayah ini masih ada sosok polis seperti Ade Hidayat. Beliau sebagai Bhabinkamtibmas Polri yang penuh tanggung jawab tanpa pamrih. Inilah sosok polisi yang layak di apresiasi.
Saking dekatnya dengan warga, Polisi Ade, pernah menulis di FB dengan memasang foto dan bertuliskan "niatnya sih silaturahmi sambil jalan kaki di Kp Jati, Ehh..malah ditantang makan lagi, padahal tadi pagi dah sarapan sorabi. Beginilah resikonya jadi Bhabinkamtibmas Polri. Terimakasih warga yang baik hati" Ungkapnya.
 Tampak di foto itu, beliau sedang makan bejamaah di serambi sumah warga. Menggambarkan begitu dekatnya Polisi Ade dengan masyarakatnya.  Jikalau semua penegak hukum itu seperti beliau pasti rakyat sekitar merasa aman dan damai. Bukan sebaliknya kadang suka ada yang menjadi oknum mengotori institusi yang  mulia ini. Penulis sering meminta bantuan kepada Polisi Ade Hidayat alumni SMA2 Subang ini. Tampaknya daerah Cisalak, Subang ini perlu  sosok pemimpin seperti beliau. Disamping itu,  daerah ini perlu di "Ruwat" yang syar'i  agar masyarakatnya lebih damai dan bersahaja. Karena tugas berat polisi juga perlu bantuan dari warganya yang penuh kekompakan.
Lewat acara hajat buruan berupa tradisi ruwatan, diharapkan kejayaan Subang di Masa Raden Rangga Marta Yudha bisa terulang, bahkan melebihi. Konon saat itu kaum petani perkebunan lebih subur ketimbang mandor perkebunan yang berstatus sebagai pegawai negara. Â Tidak seperti saat ini, petani sering terkena ulah nakal para tengkulak. Padahal upaya pemerintah terus meningkatkan strategi ke arah itu. Ada apa ?
Konon dahulu jaman Raden Rangga Marta Yudha, rakyat begitu hormat pada pemerintahannya. Warga begitu kompak dalam persatuan, seperti menjaga keamanan bersama. Bukti nyata kepatuhan rakyat, pada saat membuat jalan. Walau tanpa alat berat, jalan Bukanagara terbentang hingga saat ini, berkat solidnya pemerintah dan rakyat saat itu. Konon korban berjatuhan karena terjalnya medan, dan curamnya tebing. Tapi tidak menyurutkan semangat rakyat dan pemerintah.
Kini monumen Raden Rangga Marta Yudha kokoh berdiri di lapangan  Cupunagara (depan pabrik teh). Padahal makamnya ada di Pajaratan  menuju pusat pelatihan "Waglo".  Sebagai penghormatan pengurus "Yayasan Sanghyang Tikoro" Makam Eyang Rangga, Makam Eyang  Ilat, dst.,  sudah muncul di google maps. Bahkan jika kita buka nama waglo di google maps, akan muncul nama-nama tempat di sekitarnya. Ini adalah bagian dari upaya penulis, berbakti untuk negeri.Â
Kang Yoyon, Camat Cisalak, Lurah Cisalak, Sesepuh setempat, dst., Â pernah beberapa kali berkumpul di lokasi "Waglo" bicara tentang banyak hal. Wacana pembuatan jalan, Â pembuatan nama lokasi, hingga pencantuman nama di google maps pernah dibahas. Kali ini pembicaraan fokus pada acara "hajat buruan/Ruwatan".
Tampaknya lewat ruwatan /hajat buruan ini, jika kelak pesta rakyat ini terwujud. Akan ada sejarah baru di Cisalak, Kabupaten Subang. Yang akan berkorelasi dengan peningkatan keamanan setempat. Wallohualam(DN).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H