Mengamati perilaku wanita cantik yang masih belia ini. Setiap kali meluncurkan kata-kata tak pernah lepas dari senyum manis di bibirnya. "Adik saya empat Om, tapi beda bapak," begitu pengakuannya, saat ditanya.
Si cantik itu, tidak melanjutkan pendidikan karena ketidak mampuan orangtua. Mungkin orangtuanya tidak berdaya dan  terpaksa mentelantarkannya, hingga si gadis cantik ini terbawa arus deras  limbah Ibukota.Â
Kini si gadis itu, tersangkut di pinggir jalan samping hotel berbintang seperti tampak dalam video. Â Sesekali sekuriti mengintip dari balik pagar hotel, mengamati perilaku mereka.Â
Sehabis berdialog secara bersahabat dengan mereka. Saya sebagai penulis tak sanggup tidur di kasur empuk hotel mewah itu. Karena kamar hotel  berada di ketinggian berhadapan dengan rombongan geng ini, sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Moncong kamera begitu leluasa mengambil gambar  saat mereka berkumpul. Setiap mata terpejam spontan terbangun lagi dan langsung mengintip ke kerumunan mereka yang rata-rata remaja bertato
Kumpulan remaja bertato ini, sekilas sangat menyeramkan. Namun saat diajak berdiskusi, kata-katanya meluncur dengan nada memelas. Tutur katanya begitu mengharukan. Â Semua orang yang mendengarnya pasti merasakan hal yang sama.
Kira-kira jam 02.00 Â WIB dini hari, Â penulis mencoba mengintip lagi perilaku mereka lewat jendela kaca hotel. Dari ketinggian puncak hotel di Kota Depok ini, berulang kali kamera di zoom lebih dekat mencari si cantik diantara kerumunan pria bertato. Ternyata benar-benar si gadis itu menghilang. Apakah pulang?
Berulangkali kamera di arahkan keberbagai arah, tak ada tanda-tanda munculnya bayangan sosok gadis itu. Justru di kagetkan dengan datangnya satu rombongan gerombolan remaja lain lagi, dengan kendaraan rakitan sejenis. Namun tampak bendera-bendera bekas kandidat legislatif berkampanye itu lebih banyak terpajang. Tiang bendera itu, mereka ikat di setiap sudut lekukan kendaraan rakitan.Â
Tampaknya  dua kelompok gerombolan remaja bertato ini satu komunitas yang sepertinya begitu bersahabat.  Mereka bersenda gurau cekikikan. Sementara si gadis cantik tak ada tanda-tanda hadir dalam rombongan itu lagi.
Selang beberapa jam kemudian, penulis ketiduran di atas kursi hotel di ketinggian lantai 9. Â Dengan arah hadap pada jendela kaca, tepat di atas mereka. Penulis membelakangi tempat tidur empuk yang disediakan pengelola hotel, untuk fokus menggambil gambar siaran langsung lewat medsos. Tentu hanya pada saat-saat yang dianggap penting saja.Â
Tak ingin ada peristiwa penting terlewatkan, Namun rasa kantuk tak terhindari lagi. Benturan kepala mengeluarkan bunyi yang mengagetkan, hingga terbangun kembali. Sambil meraba kening yang terasa sakit akibat benturan, mata tertuju kembali kelantai dasar halaman hotel yang semakin gelap.Â
Di lantai dasar halaman, tampak ada sekuriti berkeliling mengamati setiap sudut hotel. Sesekali dia mengintip ke bagian luar pagar dengan cara berjingkit menaiki pagar.
Tampak dari ketinggian hotel semakin malam pengambilan gambar semakin indah. Karena kendaraan yang lalu lalang mulai jarang. Bahkan satu rombongan gerombolan remaja bertato yang datang belakangan itu sudah tidak ada di lokasi itu lagi. "Apakah si gadis cantik sudah ada di sana kembali ?" Jawabnya tetap tidak ditemukan.