Saat kupandang sunrise jingga yang perlahan mengusir kabut lembut di ufuk fajar. Kupandang Merbabu di seberangku, seakan aku bisa melihat sosoknya berdiri di sana. Adakah dia memandang apa yang kupandang dari puncak triangulasi? Bisakah dia mengatasi badai semalam? Semoga.
Hampir tiap jam kulihat notifikasi ponselku. Mengharap kabar darinya meski hanya sepatah kata, seperti biasa, tapi itu pertanda dia selamat. Hufft.. benar-benar menyiksaku menanti kabar dari seseorang yang tak peduli akan kecemasanku.Â
Aku tahu, cemasku tak ada artinya. Tapi aku tak bisa menghentikan kecemasan ini. Kututup laptopku. Tak ada yang bisa kukerjakan.
***
Badai menggila di puncak. Sejak sore gerimis sudah menemani kami menapaki track. Jalan menjadi licin dan sedikit berlumpur. Semakin malam debit hujan semakin meningkat. Dan mencapai puncaknya ketika kami sudah bergelung dalam sleeping bag, melepas penat.Â
Logistik kami terjatuh di tengah perjalanan, menyisakan sepotong sandwich coklat dan sebotol air mineral tanggung, untuk dibagi ber enam. Luar biasa.
Aku menelan ludah, kembali menyadari kebenaran saran dari dia, untuk mulai mendaki selepas dhuhur. Kami memulai pendakian selepas ashar, melalui track Wekas, yang memiliki karakteristik medium di bawah Selo tapi di atas Suwanting.Â
Pemandangan yang disajikan tetaplah menyejukkan mata, meski tak seindah Selo atau Se syahdu Suwanting. Dalam keterbatasan logistik, aku merasakan beratnya bertahan untuk bisa turun dengan selamat.Â
Seperti yang pernah diucapkannya, pendakian tanpa pernah turun adalah pendakian yang gagal. Beruntung pagi menjelang badai mereda, sehingga sunrise yang begitu indah menjadi hadiah penghilang letih lelah.
Dering notifikasi seakan berlomba memasuki ponsel, saat aku mencapai base camp. Pesan dari gadisku, mama, dan dia memenuhi inbokku. Terbanyak memang gadisku, senyum simpul mengingat wajah manis penuh kecemasan menantikan kabarku.Â
Ah, rinduku untuknya. Kupandang lama nama lain yang terpampang di sana. Antara keinginan membalas dan mendiamkan pesannya. Aku tahu dia cemas. Meski hanya sepotong pesan, namun menggambarkan keresahan.Â