Semangat ya, rek!Â
Tak terasa ibadah puasa tinggal beberapa hari lagi, sebentar lagi hari kemenangan akan tiba. Hari yang dinanti jutaan umat muslim di penjuru dunia.Â
Di hari kemenangan, banyak tradisi turun temurun yang kita jalani (ya, dari zaman kakek buyut sampai sekarang). Tradisi seperti sungkeman, bersalaman keliling kampung atau komplek (suasana pandemi, sesuai protokol kesehatan ya), mudik bagi yang jauh dari kampung halaman (dilarang mudik dulu, sementara lewat virtual jika mau maaf-maafan, sabar).Â
Tradisi lainnya seperti opor ayam dan ketupat, kalau ini wajib ada di hari Raya, makanan khas soalnya. Dan yang paling dinanti terutama oleh anak-anak pada umumnya, yakni tradisi salam tempel. Entah mereka dapat dari sanak saudara atau harus berkeliling kampung terlebih dulu demi mendapatkan salam tempel tersebut. Mereka semangat 45, kalau soal tradisi yang satu ini. Semangat ya rek, kalian pasti bisa!Â
Salam Tempel Kekinian
Jika membahas tradisi yang satu ini, memang menarik sekali. Zaman waktu kecil dulu, salam tempelnya lebih sederhana. Berbeda sekali dengan zaman milineal sekarang, kata salam tempel lebih populer dengan sebutan "bagi-bagi amplop". Mungkin dinilai lebih praktis kali ya!Â
Zaman dulu salam tempel hanya dianggap sebagai syarat supaya anak-anak merasa bahagia waktu berkeliling kampung. Soal nominal jangan ditanya, hanya diberi selembar dua ribuan pun sudah senang banget rasanya. Kepolosan anak jadul!Â
Tidak ada perasaan kecewa, sedih, diraut muka mereka. Dan yang berbaik hati berbagi salam tempel pun demikian. Tidak merasa gengsi, malu atau khawatir ketahuan jumlah nominal yang mereka bagikan. Semua mengalir apa adanya, layaknya bengawan solo, air mengalir sampai jauh!Â
Zaman milineal saat ini, bagi-bagi amplop harus menarik, mulai dari desain amplop yang dipakai, ada yang berbentuk gambar -gambar lucu, bentuk boneka, buah-buahan dan lain sebagainya. Tidak perlu khawatir jika ingin membeli desain unik tersebut, karena telah tersedia di minimarket, supermarket, atau online shop. Tinggal pilih saja mana yang disukai. Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti tradisi salam tempel ini, hanya via transfer. Luar biasa!Â
Setelah selesai memilih amplop, baru menentukan jumlah nominal yang akan dibagikan. Biasanya untuk sanak saudara dekat akan dibedakan jumlahnya (maklum yang dibagi keponakan, sepupu pasti lebih spesial dong). Untuk para tetangga dan kerabat jauh pun sudah disediakan masing-masing. Kalau ini  adil sesuai tempatnya.Â
Berburu Uang Baru
Bukan soal amplop dan jumlah nominal saja yang penting dipersiapkan. Tetapi, uang yang akan digunakan pun harus baru, licin dan bagus. Entah siapa yang menciptakan tradisi seperti ini, emang harus ya pakai uang baru!Â
Mungkin karena trend-nya memakai uang baru, makanya semua latah ikutan. Maklum biar dibilang kekinian gitu! Tetapi apapun tujuan mereka harus tetap dihargai. Butuh proses yang lumayan panjang untuk melaksanakan tradisi salam tempel tersebut. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini, mencari uang itu susah.Â
Salam Tempel Ajang Adu Pamer
Makna tradisi salam tempel saat ini, telah terkikis zaman. Jika awalnya hanya sebagai pemanis, untuk membuat anak-anak bahagia dan semangat bersilahturahmi dari pintu ke pintu. Saat ini salam tempel lebih dijadikan sebagai ajang adu pamer bagi mereka yang berduit. Semakin banyak jumlah nominal yang dibagikan, semakin menunjukkan status sosial mereka dimata masyarakat, dimata Tuhan juga gak ya!Â
Lalu bagaimana dengan kaum biasa seperti kami, mampu menjalankan tradisi seperti itu saja sudah bagus, apalagi di masa pandemi sekarang. Memaknai hari kemenangan dengan bersyukur, dapat berbagi dengan sesama meski dengan nominal yang biasa. Mengutip pujian yang biasa di senandungkan oleh alm Gus Dur sebelum adzan tiba "sabar nrimo, senajan pas-pas an."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H