Bukan soal amplop dan jumlah nominal saja yang penting dipersiapkan. Tetapi, uang yang akan digunakan pun harus baru, licin dan bagus. Entah siapa yang menciptakan tradisi seperti ini, emang harus ya pakai uang baru!Â
Mungkin karena trend-nya memakai uang baru, makanya semua latah ikutan. Maklum biar dibilang kekinian gitu! Tetapi apapun tujuan mereka harus tetap dihargai. Butuh proses yang lumayan panjang untuk melaksanakan tradisi salam tempel tersebut. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini, mencari uang itu susah.Â
Salam Tempel Ajang Adu Pamer
Makna tradisi salam tempel saat ini, telah terkikis zaman. Jika awalnya hanya sebagai pemanis, untuk membuat anak-anak bahagia dan semangat bersilahturahmi dari pintu ke pintu. Saat ini salam tempel lebih dijadikan sebagai ajang adu pamer bagi mereka yang berduit. Semakin banyak jumlah nominal yang dibagikan, semakin menunjukkan status sosial mereka dimata masyarakat, dimata Tuhan juga gak ya!Â
Lalu bagaimana dengan kaum biasa seperti kami, mampu menjalankan tradisi seperti itu saja sudah bagus, apalagi di masa pandemi sekarang. Memaknai hari kemenangan dengan bersyukur, dapat berbagi dengan sesama meski dengan nominal yang biasa. Mengutip pujian yang biasa di senandungkan oleh alm Gus Dur sebelum adzan tiba "sabar nrimo, senajan pas-pas an."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H