"percaya!!"
"makanya ayo ikut aku mas!??"
"iya, kemana?"
"ke rumah mbah griwo mas"
"mau ngapain kerumah dukun itu, ha? kau sudah tidak percaya dengan keyakinanmu?!!"
"nah, bukankah naik bukit untuk mencari surga juga melanggar ideologi serta kepercayaanmu mas?"
"iya, tapi aku akan tetap naik ke atas bukit ?!!"
"sudahlah mas, terserah kamu !!"
dengan langkah cepat dia bergegas menuju bukit di belakang rumahnya, entah mengapa dia merasa bahwa keberadaan bukit itu sangatlah jauh dari biasanya, sangatlah berbeda ketika dia masih sering bolak-balik antara puncak bukit menuju rumahnya untuk mengambil kayu, bahan bakar memasak istrinya dulu.
Dia masih saja berjalan, dengan tekad yang berkilat-kilat seperti halnya halilintar ditengah hujan yang lebat, kebulatannya untuk sampai keatas bukit sangatlah membuatnya semangat, rasa penasaran akan surga dalam mimpinya itu yang membuatnya tetap berjuang melawan rasa lelahnya.hingga sampai separuh perjalanannya dia barulah benar-benar merasakan kecapaian yang begitu, terik matahari membakar kulitnya, dahaganya tak tertahankan lagi, hingga sampai pada saat itu lewat seorang petani kebun karet yang membawa bekal minum dia meminta sedikit untuk melepas dahaganya.
"mau kemana pak? kok ngos-ngosan begitu?" tanya petani itu padanya