"berarti kau percaya dengan mimpimu?
"bukan begitu Dik, tapi..."
"tapi, apa?
"tapi.. ah sudahlah, aku hanya ingin menengok surga, titik!!"
"ternyata kamu mulai pikun rupannya mas, pikun dengan ideologimu, pikun dengan keyakinanmu, pikun dengan rasa sayangmu kepadaku, pikun dengan kelembutan tutur katamu mas, kamu telah pikun mas, kamu benar-benar sudah pikun. Sudahlah terserah kamu mas, carilah sepuas hatimu surga yang berada di atas bukit itu ?!!"
"terimakasih Dik, aku berangkat dulu" tanpa bersalaman dengan istrinya, dia langsung bergegas mengambil topi dan tongkat untuk segera naik menuju bukit di belakang rumahnya itu.
***
"Apakah aku sudah dikalahkan dengan mimpi-mimpi mas Surya, ternyata mimpinya lebih berharga dari padaku" pikir istrinya -apakah sebaiknya aku panggil dukun untuk mengobati kepikunannya itu ya?
Di tengah perjalanannya menuju bukit dia bertemu dengan istrinya yang menginginkannya untuk mengobatkan penyakit pikunnya itu pada dukun tetangganya, dukun yang dikenal paling bisa mengobati segala macam penyakit.
"mas, kamu masih akan menuju bukit itu?" ujar istri padanya
"iya, mengapa tidak"