Lalu, apa saja yang dapat menyebabkan stunting?
Stunting termasuk masalah gizi kronik yang terjadi saat periode kritis proses tumbuh & kembang mulai janin hingga usia 2 tahun (1000 hari pertama kehidupan). Sehingga stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: Â
1. Faktor ibu & calon ibu
- Kondisi kesehatan & gizi ibu
Kondisi kesehatan & gizi ibu (sebelum & saat kehamilan serta setelah persalinan) sangat berperan penting dalam pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Â Stunting mulai terjadi sejak seorang remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan menjadi parah ketika hamil dengan asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu hidup di lingkungan dengan kebersihan yang kurang baik.
- Jarak kehamilan terlalu dekat
Proses penyapihan dini akibat jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan anak gagal mendapat ASI eksklusif
- Ibu masih usia remaja ( < 20 tahun )
Usia ibu yang terlalu muda berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR berpengaruh pada terjadinya stunting.
2. Faktor bayi / balita
Pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir. Berikut dapat menjadi faktor terjadinya stunting:
- Tidak terlaksananya inisiasi menyusui dini (IMD)
- Gagalnya pemberian ASI eksklusif
- Proses penyapihan terlalu dini
- Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat
- Tidak mendapat imunisasi
- Penyakit kronis yang dialami oleh bayi, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi pada bayi
3. Faktor sosial, ekonomi & lingkungan
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting, diantaranya:
- Keterbatasan kemampuan dalam memenuhi asupan bergizi & pelayanan kesehatan untuk ibu hamil & balita
- Kebersihan lingkungan, penyediaan air bersih dan keamanan pangan dapat berisiko terhadap terjadinya penyakit infeksi
Kalau begitu, bagaiman cara mencegahnya?
Stunting dapat dicegah dengan perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan sejak awal kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.
1. Pencegahan sejak masa kehamilan
Ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kondisi kehamilan secara rutin ke dokter / bidan. Ibu hamil juga perlu memenuhi pola makan dan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan, dengan menu sehat dan seimbang. Selain itu, asupan mikronutrien juga harus tercukupi, seperti zat besi, asam folat dan yodium.
2. Persalinan ditolong tenaga kesehatan & pelaksanaan IMD
Persalinan harus ditolong tenaga kesehatan untuk menurunkan risiko kesakitan & kematian ibu maupun bayi. Setelah bayi lahir, segera terapkan inisiasi menyusui dini agar berhasil menjalankan ASI eksklusif.
3. Pemantauan tumbuh kembang secara berkala
Lakukan pemeriksaan ke dokter / pusat pelayanan kesehatan (seperti posyandu / puskesmas) secara berkala untuk memantau tumbuh kembang anak
4. Imunisasi
Patuhi jadwal imunisasi rutin yang ditetapkan pemerintah supaya anak terlindungi dan terhindar dari berbagai penyakit yang dapat dicegah penularannya
5. ASI eksklusif & pemberian MPASI yang tepat
Berikan ASI secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan dan boleh dilanjutkan hingga usia 2 tahun, dengan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dan bergizi sejak anak usia 6 bulan
6. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
Menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuci tangan dengan air mengalir & sabun, serta penggunaan air bersih, dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi
Mari kenali stunting dan terapkan cara pencegahannya bersama-sama! Sehingga kita dapat membantu jutaan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, serta memberikan dampak perbaikan ekonomi dan kemajuan bangsa Indonesia dalam jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI