"Main diatas aja yuk." (Menunjuk arah dalam rumah)
"Ga mau paman. Saya mau main diluar aja. Kalau di dalam rumah nanti dimarahin mama."
"Ga. Yok, ikut aja." (Sambil menarik tanganku menuju kamar)
"Paman, kok di kamar sih? Saya ga mau. Saya mau keluar." (Sambil merengek dan memaksa keluar)
"Diam aja Rin. Kita mau main hal yang seru banget. Dijamin kamu bakal ketagihan."
"Ga mau paman. Saya mau keluar. Papaaaa..." (Berusaha berontak dan berteriak)
Usahaku sia-sia. Mulutku dibekap oleh tanganya yang besar. Tangan orang dewasa yang seharusnya melindungiku malah menutup mulutku rapat-rapat tanpa bisa bersuara. Dan yahh... Dia melecehkanku. Perih. Saya terus berteriak dengan mulut yang dibekap, hingga papa mendengarnya dan berteriak memarahiku. Syukurlah paman bejat itu berhenti melakukan aksi bejatnya. Dia membawaku keluar.
"Jangan bilang ke siapa-siapa. Atau saya akan memukulmu." (Ancam paman Muis)
Saya takut. Saya tidak mengerti apa yang terjadi dan apa yang dilakukannya padaku barusan. Papa menghampiriku.
"Kamu kenapa sih Rin? Teriak-teriak kek orang gila." (Marah papa sambil melihatku)
"Pa, tadi Paman Muis buka celana saya, sama masukkan sesuatu." (Ungkapku jujur)