Mahasiswa yang tidak mengerjakan skripsi secara mandiri akan kehilangan kesempatan untuk berlatih menghargai masukan dari orang lain yang secara menetal dan usia berada di atas mereka, seperti dosen pembimbing dan dosen penguji.
Tentu ada bedanya, antara berkomunikasi dengan kedua orangtua kandung dan berkomunikasi dengan kedua dosen pembimbing. Belum lagi, terkadang dosen pembimbing beda pandangan dengan mahasiswa. Maka, mahasiswa haru mengalah, dan bijak memahami apa yang menjadi kehendak dosen pembimbing.
Umumnya, mahasiswa memiliki dua dosen pembimbing. Kerap kali kedua dosen pembimbing ini memberi arahan yang bertentangan. Mahasiswa harus berkomunikasi dengan tepat untuk melewati dua pendapat yang berlainan dan bahkan bisa bertentangan, agar proses pengerjaan skripsi berjalan lancar.Â
Jangan mahasiswa mengerjakan hingga bab 4 tapi dosen pebimbing tidak menghendakinya dan meminta untuk mengerjakan kembali.
Dunia perkantoran atau pekerjaan memiliki keadaan serupa. Mahasiswa baru lulus atau fresh graduate akan masuk ke lapangan kerja yang cenderung terisi oleh rekan kerja yang lebih dewasa. Bahkan, kemungkinan besar dipimpin oleh atasan yang jauh lebih dewasa usianya.Â
Maka, pengalaman berkomunikasi dengan dosen di kampus akan memudahkan mahasiswa ketika berhubungan kerja dengan orang-orang yang lebih dewasa nantinya.
5. Kehilangan momen penting mendalami ilmu pengetahuan yang digeluti
Mahasiswa yang telah lulus dari program studinya kemungkinan besar akan menggeluti pekerjaan yang sejalan dengan disiplin ilmu yang mereka pelajari di kampus. Walau ada pula mereka yang berkarier di luar bidang studinya. Akan tetapi, bagi mereka yang mengerjakan skripsi secara mandiri akan jauh lebih mendalami bidang ilmu yang digelutinya.
Proses pembelajaran di kelas tidak cukup membuat kita "ahli" atau benar-benar menguasai bidang ilmu yang kita pelajari. Menurut saya, momen terbaik bagi mahasiswa untuk belajar efektif adalah ketika mereka mengerjakan skripsi.Â
Banyak teori, fakta, dan pengetahuan-pengetahuan baru yang ditemukan ketika mahasiswa mengerjakan skripsi. Sebab, mahasiswa dituntut untuk membaca berulang kali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek kajian bidang keilmuan yang dipilihnya.Â
Jika seorang guru Bahasa Indonesia telah mengerjakan skripsi tentang karya sastra cerpen misalnya, nantinya mereka akan sangat mudah mengeksplorasi materi pembelajaran ketika mengajar di kelas.Â