Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Quotes dari Puisi Chairil Anwar yang Melegenda

28 April 2023   23:55 Diperbarui: 29 April 2023   00:04 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, tanggal 28 April 2023 menjadi momen istimewa bagi sebagian besar pecinta sastra Indonesia. Sebab, hari ini adalah Hari Puisi Nasional. Pemilihan tanggal 28 April sebagai hari peringatan Puisi Nasional ini berkaitan dengan salah seorang tokoh sastra lagendaris Indonesia yaitu Chairil Anwar.

Menarik untuk kita bahas sedikit saja ungkapan dari karya Chairil Anwar yang masih sangat relevan. Sejumlah larik dari puisi-puisi Chairil Anwar kerap kita temukan di medsos sebagai kutipan atau quotes kata-kata mutiara. Berikut ini 3 qoutes dari puisi Chairil Anwar yang mungkin saja pernah dtemukan di feed medsos kita. 

1. Hidup hanya menunda kekalahan

Kata-kata Mutiara Chairil Anwar yang cukup populer salah satunya yaitu "Hidup hanya menunda kekalahan." Quotes tersebut dapat kita temukan pada gambar-gambar ilustrasi di media sosial dalam bentuk digital.

Kutipan ungkapan "Hidup hanya menunda kekalahan" berasal dari puisi Chairil Anwar berjudul Derai-derai Cemara, yang ditulis atau tercatat dipublis pada tahun 1949. Bayangkan, umur quotes tersebut jauh lebih tua bahkan dari kedua orang tua kita, kan?

Puisi Derai-Derai Cemara terdiri dari 3 bait dengan penggunaan kalimat-kalimat yang sebenarnya mengandung makna yang begitu personal dan sulit dimengerti. Sehingga jika membaca keseluruhan kita mungkin akan mengerutkan dahi untuk merenunginya.

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
( Bait ketiga, Puisi Derai-Derai Cemara)

Penggunaan kata "kita" sebagai sudut pandang di bait ketiga itu, menggambarkan Chairil Anwar sedang menyampaikan pengalaman individual  yang manusiawi, yang juga akan dirasakan oleh orang lain. Pengalaman yang bukan kebahagian,  yang mungkin wujud nyatanya sulit dipahami oleh pembaca masa kini. Sepertinya itu terwakili dalam larik " hidup hanya menunda kekalahan".

2. Sekali berarti sudah itu mati

Kata-kata mutiara dari kutipan puisi Chairil Anwar selanjutnya yaitu "Sekali berarti, sudah itu mati." Kutipan larik puisi ini cukup populer di jagat visual media sosial. Selain itu, bentuk turunan dari quotes tersebut juga kerap dijadikan slogan, judul tulisan, dan bahkan judul buku. Tentu dengan dengan bentuk improvisasi penggunaan tata bahasa dan diksi, misalnya "hidup sekali berarti, lalu mati" ( Judul buku Ahmad Rifai Rifan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun