Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Mengupas 4 Kelemahan ChatGPT Berdasarkan Pengakuannya Sendiri

3 April 2023   03:47 Diperbarui: 3 April 2023   18:36 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, ketika saya mengetik, " Dapatkah anda menyebut nama asli raja brawijaya?" Rupanya ChatGPT tak mampu menyebutkannya. 

Ia menjawab seperti ini, "Raja Brawijaya sebenarnya adalah sebutan gelar bagi sejumlah raja di Kerajaan Majapahit, yang berkuasa di Jawa pada abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Oleh karena itu, tidak ada satu nama asli yang bisa disebutkan untuk Raja Brawijaya secara spesifik. Beberapa raja yang dikenal dengan gelar Raja Brawijaya di antaranya adalah Brawijaya I (berkuasa sekitar tahun 1350-1389), Brawijaya II (berkuasa sekitar tahun 1474-1513), dan Brawijaya V atau terkadang disebut Brawijaya terakhir (berkuasa sekitar tahun 1521-1525). Namun, untuk nama asli dari masing-masing raja tersebut masih diperdebatkan dan tidak ada kesepakatan yang pasti. "

 2. ChatGPT tidak dapat memberikan penilaian moral

"Saya tidak memiliki kemampuan untuk menilai keputusan moral atau etika dari suatu tindakan. Saya hanya dapat memberikan informasi yang objektif dan fakta yang tersedia, tetapi tidak dapat memberikan pandangan moral atau etika." (Jawaban ChatGPT.)

Kelemahan kedua ini agak menggelitik. Sebab, sebagai mesin pintar yang mampu mengolah banyak data informasi, ChatGPT mengaku tidak mampu memberi opini, khususnya yang berkaitan dengan penilaian baik-buruk. 

Misalnya, ketika saya bertanya tentang nama-nama tokoh politik yang cocok untuk menjadi presiden Indonesia, dia menjawab lebih bijak dibandingkan dengan para buzzer politik yang kerap menjatuhkan lawan politik bosnya. Berikut ini jawaban ChatGPT, 

"Sebagai AI, saya tidak dapat memihak pada satu tokoh politik tertentu atau memberikan rekomendasi pilihan politik tertentu. Sebagai gantinya, dalam memilih pemimpin Indonesia, sebaiknya kita mempertimbangkan beberapa faktor penting, seperti kualifikasi dan rekam jejak kandidat, program dan visi yang diusung, dan kemampuan kandidat dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan. Kedua tokoh yang Anda sebutkan memiliki rekam jejak dan pengalaman yang berbeda dalam bidang politik dan kepemimpinan. Oleh karena itu, sebaiknya kita mempelajari kualifikasi dan program masing-masing kandidat secara cermat, untuk memilih kandidat yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi bangsa Indonesia."

3. ChatGPT tidak dapat memberikan interpretasi yang kompleks 

"Saya mungkin kesulitan dalam memberikan interpretasi yang kompleks, terutama jika pertanyaannya terkait dengan teks atau bahasa yang ambigu atau memerlukan interpretasi yang lebih dalam." ( Jawaban dari ChatGPT)

Sejumlah pertanyaan yang saya berikan beberapa kali tidak dijawab dengan pasti. ChatGPT malah memberikan saran untuk memberikan konteks yang jelas atau menggunakan kalimat dengan susunan yang jelas.

Menurut saya, kelamahan yang diakuinya ini bisa jadi kelebihan di lain sisi. ChatGPT menuntut kita sebagai penanya, untuk tertib menerapkan sintaksis. Penggunaan kalimat yang baik, kejelasan maksud dari pertanyaan, juga pemilihan diksi akan menentukan akurasi jawaban dari ChatGPT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun