Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Pesan Kiai Haji Ahmad Dahlan tentang Pentingnya Kesempurnaan Akal

23 Februari 2023   12:33 Diperbarui: 24 Februari 2023   11:42 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiai Haji Ahmad Dahlan (Sumber Gambar: Muhammadiyah.or.id , dalam Kompas.com)

Bulan Februari tanggal 23 tahun 1923 di Yogjakarta, kurang lebih 100 tahun yang lalu, salah seorang Pahlawan Nasional wafat. Walau saat itu belum ada negara dan bangsa Indonesia secara formal, namun pengaruh beliau saat itu terus berlangsung hingga Indonesia merdeka. Beliau adalah Muhammad Darwis alias Ahmad Dahlan.


Kiai Haji Ahmad Dahlan telah menorehkan sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Beliau berhasil mengisi ruang hampa ddi tengah dikotomi antara pendidikan khas kolonial Hindia Belanda dengan pendidikan tradisional keagamaan Islam ( pesantren). 

Beliau merintis sistem pendidikan baru di masa itu (sekitar tahun 1912-1914). Beliau mamadukan sistem pendidikan Barat (Hindia-Belanda) dengan tradisi belajar di pesantren. 


Mata pelajaran umum yang sebelumnya hanya ada di sekolah Belanda mulai diletakan di ruang yang sama dengan pemelajaran agama Islam. Konsep integrasi tersebut mengubah reputasi pendidikan Islam dari bersifat non formal menjadi sekolah formal, dari tradisional menjadi modern.


Pengaruh besar Kiai Haji Ahmad Dahlan di bidang pendidikan telah tecatat dan tersiar dengan luas. Kiai Haji Ahmad Dahlan dianggap berhasil meletakkan landasan penting bagi pendidikan modern di era sebelum Indonesia merdeka.

Pemikiran-pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan mengenai pendidikan dan kemanusiaan saya kira penting untuk diketahui. Catatan pidato terakhir Ahmad Dahlan menyajikan tentang itu.

Pidato Ahmad Dahlan, Tali Pengikat Hidup

Beberapa waktu sebelum Ahmad Dahlan wafat yaitu di tahun 1922, beliau berpidato tentang banyak hal yang dapat menginspirasi pemikiran-pemikiran kita tentang pendidikan. 

Pidato tersebut terdokumentasi dengan judul "Tali Pengikat Hidup", dimuat oleh Het Bestuur Taman Pustaka Muhammadiyah tahun 1923, yang disusun kembali oleh Abdul Munir Malkhan tahun 1986 dalam Judul "Kesatuan Hidup Manusia, Pesan Tertulis Kyai Haji Ahmad Dahlan." 

Sejumlah esensi dari dokumen pidato beliau tentang  pengetahuan, kepandaian, dan akal sehat, saya coba catat dan tuang kembali dalam uraian berikut ini.

Orang Pintar, Berpengetahuan dan Berakal Sehat

Kiai Haji Ahmad Dahlan berpesan bahwa tujuan utama manusia hidup adalah selamat dunia dan akhirat. Dan akal sehat adalah kunci untuk menggapainya. Maka dari itu, akal sehat harus dijaga yaitu dengan pengetahuan. Sebab, akal tak ubahnya biji yang bersemai dari dalam bumi, yang akan tumbuh subur jika rajin disirami terus menurus.

Orang berpengetahuan yang mahir berbicara itu memerlukan penyimak yang baik. Orang yang punya pengetahuan banyak mampu bicara dengan tajam dan tepat sehingga orang jenis tersebut tidaklah mengherankan. 

Orang yang lebih mengagumkan adalah orang yang menerima pembicaraan dari orang lain dengan baik, dan mampu membicarakan kembali hasil menyimaknya itu kepada orang lain tanpa miskonsepsi. Orang seperti ini lebih baik karena ia mampu menghidupkan pengetahuan.

Pengetahuan akan menyebabkan orang menjadi pintar. Orang yang pintar itu mengerti sesuatu yang akan membuatnya senang dan yang akan membuatnya menderita. Sedangkan orang bodoh tidak. 

Orang pintar akan berupaya mencari jalan keluar dari penderitaan untuk mencapai kebahagiaan. Kendati demikian, orang pintar yang mampu keluar dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan itu tetap harus berhati-hati terhadap kesenangan atau kebahagiaan yang dicapainya.

Sebab, orang pintar sesungguhnya juga kerap lalai terhadap petunjuk Tuhan, kemudian terjerumus dalam ajakan nafsu. Maka secara tidak sadar mereka akan menuju kepada kesusahan juga.

Dengan demikian, Ahmad Dahlan juga mengingatkan bahwa orang pintar akan sama saja dengan orang bodoh jika tidak menyempurnakan akalnya. Orang dengan akal sempurna adalah orang pintar yang tidak biasa. 

Orang pintar pada umumnya cenderung memiliki kesamaan dengan orang bodoh. Mereka sama-sama senang terhadap apa yang disetujuinya dan benci terhadap apa yang tidak disetujuinya. Maka sesungguhnya apa yang diputuskan oleh orang pintar dapat pula diputuskan oleh orang bodoh.

Atas dasar penjelasan itu, orang yang akalnya sempurna berlaku beda dengan orang pintar yang sama dengan orang bodoh tadi.

Salah satu contohnya, jika berhadapan dengan apa yang benar dan apa yang salah. Orang pintar berakal sempurna akan bersikap mantap, sedangkan orang bodoh akan goyah ketika menghadapi "salah" dan "benar" itu.

Ilmu Logika dan Kesempurnaan Akal

Untuk itulah Ahmad Dahlan menegaskan bahwa pendidikan yang utama untuk akal adalah "ilmu mantiq".  Atau yang dapat pula diartikan sebagai ilmu logika.  Ilmu semacam itu tidak akan diperoleh manusia dengan baik tanpa petunjuk dari Allah.

Menurut uraian naskah "Pengikat Tali Hidup" tersebut, Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa akal manusia akan mencapai kesempurnaan jika memenuhi enam hal ini. 

Pertama, manusia harus mengutamakan welas asih atau belas kasih, bukan mengutamakan kesenangan. Sebab kesenangan akan berujung pada kebosanan dan sia-sia. Kedua, bersungguh-sungguh dalam mencari. Sebab, segala sesuatu yang ditujukan kepada keutamaan dunia dan akhirat tidak akan tercapai tanpa perjuangan dan upaya dengan kekuatan akal pikiran. 

Ketiga, harus mengetahui kenyataan sesungguhnya secara jelas dan terang bukan sekedar ikut-ikutan. Sebab, hal baik kerap kali beriringan dengan hal buruk. Keempat, harus menetapkan pilihan dan teguh dalam hati sehingga apa yang dikerjakan menjadi tepat.

Kelima, harus memelihara apa yang telah diperoleh, karena manusia cenderung bersifat alpa dan terlena. Keenam, harus mampu meletakan sesuatu pada tempatnya termasuk pengetahuan. Sebab pengetahuan yang tidak diletakan sesuai keadaannya tidak menjadi berguna.


Keenam penjelasan tentang jalan menuju kesempurnaan akal tersebut saya pikir masih sangat relevan untuk kapan pun saja. Terlebih di zaman ini tatkala orang pandai makin banyak, karena pintu untuk menggapai pengetahuan makin membeludak.

Marendra Agung Joko Wicaksono.
Februari 2023
.

Sumber pidato Ahmad Dahlan dapat ditemukan di: 

-Museum 107 Tahun Kebangkitan Nasional, K.H Ahmad Dahlan (1868-1923)
-Abdul Munir Malkhan, "Pesan-pesan Dua Pemimpin Besar Islam, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Kiai Haji Hasyim Ashari", 1986.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun