Opini yang berupa harapan
Opini berupa harapan biasanya diposisikan untuk menyuarakan kehendak tertentu dalam fenomena atau permasalahan. Misalnya pada kalimat: Sudah saatnya kebijaksanaan lama ditafsirkan ulang. Dapat dilihat bahwa penulis kalimat tersebut mengharapkan perubahan tertentu.
Frasa "sudah saatnya" dalam kalimat tersebut senada dengan adverbia "sebaiknya", "saya harap", "andai saja", sebagai makna harapan secara eksplisit. Umumnya, opini berupa harapan dapat dimaknai sebagai sikap ajakan/ persuasif, tergantung bagaimana unsur-unsur kalimatnya dan bagaimana pembaca memahaminya.
Opini yang berupa saran
Sedikit berbeda dengan opini berupa harapan, kalimat opini berupa saran cenderung menawarkan solusi bagi pihak yang berwenang ataupun "otoritas" dalam permasalahan yang sedang dibahas. Misalnya pada kalimat berikut: Keteladanan guru sebagai role model perlu menjadi standar sekolah dalam pembentukan karakter siswa. Â
Penggunaan adverbia "perlu" pada kalimat tersebut menandakan makna kewajiban/keharusan ataupun rekomendasi kepada pihak berwenang dalam permasalahan yang dibahas.Â
Kelima bentuk opini tersebut pada dasarnya merupakan "dimensi" gagasan atau pendapat penulis dalam satu artikel/tulisan. Setiap bentuknya bertalian satu sama lain, membangun pendapat yang meyakinkan. Jika kelima bentuk opini tersebut disusun, maknanya cenderung terjalin satu sama lain. Misalnya sebagai berikut:
"Keahlian siswa tidak perlu diukur dalam bentuk produk material. Keberhasilan pembelajaran yang tidak kalah penting adalah pembentukan semangat dan nilai-nilai kebangsaan. Metode pembelajaran yang berorientasi pada ilmu-ilmu empiris akan memperkecil pemahaman nilai, semangat, serta ideologi kebangsaan. Sudah saatnya kebijaksanaan lama ditafsirkan ulang. Keteladanan guru sebagai role model perlu menjadi standar sekolah dalam pembentukan karakter siswa."
Berdasarkan penjelasan di atas, siswa dapat menyimpulkan bahwa opini yang baik dalam Teks Editorial atau pun Teks Artikel sebaiknya memiliki lima "dimensi" opini tersebut. Jika opini hanya berupa kritik maka gagasannya akan tidak lengkap, sehingga kehilangan daya argumentasinya.
Sumber konsep kalimat opini:Â
Bahasa Indonesia/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018