Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tumpukan PR Pendidikan Indonesia Pasca Pandemi: Mencerna Aspirasi Presiden Jokowi

4 Agustus 2021   14:44 Diperbarui: 4 Agustus 2021   14:58 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan tersebut kurang lebih sarat dengan nafas Link and Match pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Revolusi besar-besaran tentang paradigma pendidikan Indonesia boleh jadi akan terjadi bukan hanya  bagi kampus tapi sekaligus bagi sekolahan umum.

Menangani sisi kemanusiaan dan masalah sosial 

Pada konsentrasi lain, kita tidak dapat memungkiri bahwa tugas pendidikan bukan sekedar arena mahasiswa atau siswa untuk menuju lapangan pekerjaan. Akan tetapi, dunia pendidikan juga harus mendorong bangsa ini menjadi pencipta lapangan pekerjaan, sekaligus  menyelesaikan masalah sosial. 

Presiden Jokowi menyatakan, "Lembaga Pendidikan tinggi harus bekerja untuk kemanusiaan dan kemajuan bangsa. Memecahkan permasalahan sosial dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan inovasi secara keberlanjutan."  Pernyataan tersebut mengandung tugas paling universal dari pendidikan yaitu terkait masalah kemanusiaan dan sosial.

Kita tak akan selesai dalam waktu dekat untuk merumuskan  masalah sosial dan kemanusiaan yang terjadi pasca pandemi.  Walau demikian, semangat untuk mengatasi permasalahan ekonomi masyarakat tampaknya menjadi fokus. Pendidikan Tinggi ( universitas) dititipkan mandat untuk mencetak mahasiswa-mahasiswa yang berdaya juang dalam dunia industri.  

Presiden Jokowi juga menyatakan bahwa mahasiswa harus dididik dalam semangat Socio Techno Entrepreneur. Mahasiswa akan menjadi agen pembawa solusi masalah sosial dengan memanfaatkan teknologi secara inovatif dan kewirausahaan. Hal tersebut merupakan PR atau tugas yang sudah cukup berat bagi para pendidik di  Indonesia nantinya. Walau itu belumlah mencakup seluruh "cedera" di dunia pendidikan akibat pandemi.

Permasalahan kemanusiaan  sejatinya  begitu luas. Dalam konteks pendidikan menengah di masa pandemi setidaknya telah menghasilkan dua angkatan atau lulusan. Dampak-dampak psikologi sosial pada mereka bukan berarti tidak ada.  Kecemasan sejumlah pengamat dan ahli pendidikan dunia maupun di Indonesia mengenai lost generation akibat  lost learning pada anak-anak sekolah, dapat menjadi wacana menarik untuk diperdalam.

Jika lost generation itu benar-benar terjadi,pada anak-anak atau siswa maka akan timbul gejolak yang lain lagi di pendidikan tinggi nantinya. Oleh karena itu, pendidikan tinggi boleh jadi akan mendapat tugas untuk merumuskan bagaimana perubahan cara berpikir serta karakter lulusan SMA di  era pandemi covid-19. Sebab mereka  yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi  sebagai mahasiswa.

Marendra Agung J.W

( 2-4  Agustus 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun