Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sisi Tumpul Pembelajaran Virtual

27 Juli 2020   16:14 Diperbarui: 28 Juli 2020   05:32 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran Virtual

Sejak 13 Juli 2020 lalu, sekolah memasuki masa aktif tahun ajaran baru 2020/2021. Pada masa pemantauan (transisi) kasus Covid-19 ini, sebagian besar sekolah pun melakukan aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) secara virtual. Kegiatan Belajaran Mengajar (KBM) belum dapat sepenuhnya berjalan normal.

Saya sempat termenung, membayangkan apakah pembelajaran yang saya terapkan nanti akan efektif? Terlebih siswa baru sepenuhnya belum saya kenal. Bagi saya perkenalan personal secara hakiki adalah pintu menuju keberhasilan KBM, terlebih dalam model virtual learning atau jarak jauh atau daring. 

Namun, yang menjadi menarik dari kondisi ini ialah kesempatan untuk melihat keefektifan model pembelajaran virtual bagi pendidikan, khususnya pendidikan formal tingkat dasar-menengah.

Itikad baik pemerintah tatkala mencetuskan program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ataupun Belajar dari Rumah (BDR) demi memutuskan penularan virus covid-19 tentu tak dapat dipungkiri keutamaannya. Terlepas dari itu, apabila virtual learning dianggap sebagai big deal model pendidikan saat ini dan nanti, maka perlu diperbincangkan kemungkinan-kemungkinan ketercapaiannya.  

Sebagaimana gerakan A.W Tony Bates, dalam Teaching In Digital Age (2015) di Canada ketika mengembangkan model pembelajaran digital di kampus, itu dilakukan melalui banyak tahap seperti kajian ulang mengenai paradigma pendidikan, ilmu pengetahuan, dan keadaan masyarakat.

Tidak dipungkiri, pembelajaran virtual sangat efektif dalam memperluas ruang pembelajaran. Seperti penjelasan Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls dalam Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, bahwa penerapan pembelajaran virtual sebagaimana "kelas maya"  bertujuan untuk mengatasi keterpisahan ruang dan waktu antara siswa dan guru. 

Untuk itu, gaya instruksional, penugasan, ataupun transfer knowledge tentu dapat dilakukan secara virtual dan distance sebagaimana online course, serta tayangan tutorial-tutorial bersifat teknis yang marak di Youtube. Akan tetapi, apakah aspirasi pendidikan bangsa secara filosofi maupun kurikulum dapat terpenuhi melalui model tersebut?  

Karakter: Poros Utama Pendidikan
Pada kenyataan kurikulum, dimensi ketercapaian siswa khususnya di pendidikan menengah, tidak sebatas pada kognisi (knowledge), tapi juga sikap dan keterampilan. Terlebih, penguatan pendidikan karakter (PPK) merupakan poros pendidikan yang telah dicanangkan kemendikbud sejak 2016 lalu.

Secara resmi, Kemendikbud telah merumuskan lima nilai karakter utama yakni religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri, yang perlu ditanamkan dalam kepribadian siswa.

Saya tidak menyatakan model pembelajaran virtual gagal dalam menunjang kompetensi sikap dan keterampilan siswa. Namun, perlu dipastikan kembali tentang apa yang siswa dapat -kecuali otaknya bekerja- ketika duduk di depan layar komputer, televisi, maupun gawai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun