Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sandiwara Meja Hijau "The whole truth"

21 September 2016   21:34 Diperbarui: 22 September 2016   09:24 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Gambar: oceanofmoviez.com

"Kasus yang kalian hadapi hari ini sangat sederhana, kasus sederhana seperti biasanya, yaitu seorang anak membunuh ayahnya. Sang terdakwa adalah seorang anak muda yang kalian lihat di sana." 

Kutipan tersebut adalah ungkapan seorang jaksa yang tengah membuka sebuah pengadilan. Tentunya bukan persidangan di Indonesia, juga bukan persidangan dalam kasus real. Ini adalah bagian dari sebuah film. Sebelum lebih lanjut, melalui youtube  saya jadi tahu,  meskipun agak telat, tentang  persidangan kasus  pembunuhan wanita sianida terhadap temannya. Ndilalah, saya yang penikmat film, secara online di salah satu situs film terlengkap,  tak sengaja memilih film rilisan Juni 2016 berjudul The Whole Truth. Film ini merupakan drama ruang persidangan yang mencoba menggambarkan bagaimana “kebenaran” diperlakukan di ruang pengadilan. Walau rentetan kebenaran disajikan secara acak dan berangsur-angsur demi kepentingan kejutan cerita, namun film ini cukup berhasil  menunjukan bahwa memang ada kebenaran di meja hijau. Namun itu kebenaran yang kerdil, dan kebenaran yang utuh tak akan sanggup dikabarkan serta dikuak di meja hijau.

Lalu, apa hubungannya dengan persidangan kasus wanita sianida di Indonesia? Jawabanya, bagi yang sempat mampir ke tulisan ini harus menonton langsung dan menyimpulkan sendiri bagaimana hubungannya. Karena saya juga tidak mengikuti betul-betul sandiwara persidangan wanita sianida itu :)

****

Alkisah

Michael Lassiter murid SMA newmont, dia pelajar yang baik, wakil ketua sebuah tim debat, dan ialah terdakwa yang dalam kutipan percakapan tadi. Siapa yang bisa mengira remaja pendiam serta memiliki kesan patuh kepada orang tua ini,  menjadi terdakwa. Ia diduga telah menancapkan pisau di dada Boone Lessiter, yang tidak lain adalah ayahnya sendiri, ayah kandungnya.

" Dia melakukan dengan kemarahan. Dengan sadar, serta niat jahat." Jelas  Jaksa Agung kemudian. Memang bukan tanpa dasar, sidik jari terdakwa pun ada sebagai bukti. Dalam ruang pengadilan yang merupakan lattar utama dalam film ini, ada dua pihak tengah beradu argumen serta pembuktian-pembuktian terkait kasus pembunuhan berat ini.

Pengadilan negara bagian lousiana, diwakili Jim sebagai jaksa mencoba meyakinkan juri bahwa ini adalah kasus pembunuhan tingkat pertama, dan juri harus menyatakan bahwa Michael Lessiter yang diadili sebagai orang dewasa itu memang bersalah dan sudah patut menerima hukuman. Di sisi lain, Loretta Lassiter sang Ibu yang berposisi ganda, sebagai orang tua terdakwa sekaligus suami korban, memilih untuk berada di belakang anaknya.. Loretta meminta bantuan seorang teman, Richard Ramsay seorang pengacara, untuk mengungkapkan sesuatu di balik perkara pembunuhan ini, mengenai mengapa Mike –panggilan Michael Lassiter- membunuh ayahnya, dan bagaimana perilaku korban terhadap Mike. Semua itu dilakukan agar anaknya terhindar dari hukuman negara yang menanti.

Bagai pertandingan catur, Richard Ramsay yang juga rekan kerja korban, mengajukan diri kepada yang mulia hakim untuk melakukan pengukuhan / pernyataan pembelaan setelah penuntutan terhadap perkara sudah selesai. Ketua persidangan pun mempersilakan saksi-saksi untuk maju ke muka sidang untuk diajukan sejumlah pertanyaan.

Angela Morley, pramugari penerbangan ( privat ) pribadi yang menjadi saksi pertama. Wanita cantik ini mengaku kerap terlibat di satu pesawat bersama korban dan terdakwa, yakni Mike dan  ayahnya, Boone Lassiter.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun