Di sela waktu mereka orbrol sana-sini sambil menyantap bingkisan nasi dari relawan.Â
" ....mestinya tanggul kali diperlebar lagi..."
 " Hemmmm...pohon - pohon ditebang mulu sih..."
 " Halah..banjirnya malah makin tinggi nanti kalau jebol..."
 " ...makanya jangan buang sampah sembarangan dong! "
 " Eh eh , bapak-bapak kapan ya kita digusur? “Â
" Dijadikan waduk!?!? Memangnya pemerintah punya dana seberapa? "
Seperti sidang para ahli pembangunan, bapak - bapak gang Q kampung Pegepe bergaya bag tokoh publik. Di atas sana, Mamat nangkring di genteng rumahnya, menikmati rokok sambil menahan tawa menyimak tetangganya itu. Bagi si Mamat solusi banjir tak ubahnya sesuatu yang gaib, tak bisa dijangkau siapa saja, mustahil untuk digapai. Celoteh bapak-bapak itu palingan hanya selingan menunggu air bersih karena listrik masih padam, pikir Mamat.
 "Sssttt...liat tuh bang Mamat! Malah ngopi coba, rumahnya masih berantakan gitu.."Â
" Hehh berisik loh!! Nanti si jenggo banjir Mamat ngamuk baru tau rasa."
 " Ohiya.. denger-denger Si Mamat sudah enggak alergi banjir lagi? "Â